Random Talk #55

8:27 PM

"Jangan pernah menganggap satu manusia - yang kau anggap gak penting - yang kita temui dalam hidup, takkan pernah kita jumpai lagi. Setiap mereka adalah jalan keluar. Satu demi satu dari mereka adalah jembatan-jembatan kita dalam mengarungi perjalanan. Mereka adalah malaikat-malaikat Tuhan yang dikirim untuk kita. Tak peduli dari mana, apa warna kulit, atau agama mereka. Yang kita kenal jauh sebelum kita sadar bahwa kita mengenalnya" - Hanum Salsabila Rais

***

Siang itu kami berlima berjalan tergesa menuju stasiun Namba. Carrier yang menghinggapi pundak membuat langkah menjadi lebih berat. Butuh perjuangan ekstra untuk bisa menjaga kecepatan gerak dengan pundak yang memikul beban sekitar 7 kiloan. Beruntung, kami membawa beban ini untuk berjalan-jalan bukan untuk bekerja. Bayangkan bagaimana perjuangan mereka yang setiap hari harus memikul beban lebih berat dari ini untuk sepiring nasi? So, Don't complain then!

Sambil tetap fokus menjaga kecepatan jalan, dengan nafas yang sudah kepayahan akibat naik-turun tangga, mata kami membaca penunjuk arah yang terpampang di setiap sudut stasiun. Kami mencari jalur menuju Stasiun Kintetsu Nara. Siang itu kami berlima akan meninggalkan Osaka menuju Nara, salah satu wilayah Kansai yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya. Mengandalkan Kansai Thru Pass, kami semua bertekad mengelilingi area Kansai sampai beberapa hari ke depan dan Nara adalah kota kedua yang akan kami singgahi setelah Osaka.

Salah satu hal paling menyenangkan dari perjalanan adalah melakukan pencarian. Kami semua buta soal Jepang. Hanya mengandalkan peta dan referensi yang ada di mba Google, kami semua melangkah. Dari hari pertama sampai di Osaka, tidak ada yang namanya gak kesasar! Kami sering nyasar, huff! Sudah sedemikian detailnya kami membuat perencanaan perjalanan, masih ada lubang yang membuat langkah ini belok ke kiri padahal seharusnya belok ke kanan. Hehe.

But hei Semakin jauh kami kesasar, semakin banyak yang kami temukan. Yang paling berharga adalah menemukan kami satu sama lain semakin kompak dengan ke-random-an arah ini padahal hati dan pikiran sudah ingin berteriak marah-marah. Kami menemukan diri masing-masing bisa menahan egoisme itu muncul ke permukaan. Sebuah perjuangan bukan untuk menahan rasa yang sudah bergejolak untuk dikeluarkan?

Di tengah pencarian tersebut, seorang laki-laki berjalan tergesa melalui kami, namun tiba-tiba arah langkahnya berubah, dan dia mendekati kami yang sedang berkerumun sambil menggendong carrier dan menimang peta. Dia, dengan bahasa inggris yang seadanya, bertanya apakah ada yang dja bisa bantu. Wajah kami yang jauh dari oriental, dengan carrier dan peta yang menjadi aksesoris siang itu sudah cukup menunjukan bahwa kami ini adalah pelancong yang sedang mencari arah. Setelah kami jelaskan apa yang sedang kami cari, laki-laki yang kami taksir usianya 35 tahun, menggiring kami ke arah peron yang dimaksud. Tidak hanya itu, ia juga menitipkan kami kepada petugas stasiun kereta, memastikan kami berada di jalur yang benar untuk sampai ke Nara.

Kami semua terpana melihat kebaikannya itu. Laki-laki yang sebenarnya sedang tergesa mengejar sinkanseb ke Tokyo ini, rela menyisihkan waktunya untuk sekedar membantu orang asing seperti kami yang sedang hilang arah. Kami tidak saling mengenal, tapi secara tiba-tiba kami terhubung. Satu koneksi yang membuat kami sadar, suatu saat ada orang asing di negeri kami sedang kebingungan, alih-alih melihat mereka seolah pertunjukan, maka kami dengan ringan akan mendekati dan melakukan hal yang sama dengan laki-laki yang baru kami tahu namanya sesuatu dalam bahasa Jepang :)

***

Awalnya kami kira hal paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah saat melakukan pencarian, nyatanya ada satu hal lain yang juga jauh lebih menyenangkan, yaitu sebuah pertemuan yang didapatkan dari sebuah pencarian, pertemuan yang meleset jauh dari apa yang sebenarnya kita cari secara fisik, namun sebenarnya jauh di lubuk hati, pertemuan-pertemuan itu membawa kita pada jawaban atas pencarian sesungguhnya yang kita cari. Bukan sekedat tempat atau orang.

dan inilah sederet kisah lain, serangkaian pertemuan yang membuat kami semakin kaya, meskipun kantong kami semakin menipis.

Selamat melakukan pertemuan

Berlanjut ke tulisan selanjutnya

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts