Random Talk #55

8:48 AM

Jangan pernah menganggap satu manusia – yang kau anggap gak penting – yang kita temui dalam hidup, takkan pernah kita jumpai lagi. Setiap mereka adalah jalan keluar. Satu demi satu dari mereka adalah jembatan-jembatan kita dalam mengarungi perjalanan. Mereka adalah malaikat-malaikat Tuhan yang dikirim untuk kita. Tak peduli dari mana, apa warna kulit, atau agama mereka. Yang kita kenal Jauh sebelum kita sadar bahwa kita mengenalnya” – Hanum Salsabila Rais

***
Setelah sekian lama ngga ngobrol-ngobrol acak dengan keluarga A-Pes, kumpulan manusia random absurd yang dipertemukan lewat perjalanan panjang mencari kitab suci ke Timur setahun yang lalu, malam ini kami dipersatukan kembali oleh gelombang. Minus Rio, mengalirlah percakapan yang sebenarnya ngga penting-penting amat, tapi mampu membingkai senyum di wajah dan mampu memecah hening dengan tawa lepas.
Dari segala penjuru wilayah, Nash di kereta menuju Tegal bersama sang pujaan hati, Irwan di tengah laut bersama ikan-ikan Nemo yang kesepian, Tanzil di rumahnya sambil tiduran mungkin, kami terhubung kembali.  Anyway, Rio sedang sibuk mempersiapkan rencana pernikahannya yang tinggal menghitung hari, itulah mengapa dia absen dari ritual random talk malam hari ini.
Ditengah percakapan acak tersebut, secara tiba-tiba munculah pertanyaan-pertanyaan random yang juga dijawab dengan random namun syarat makna, saya menyebutnya penuh filsafat, hehe. Entah dari mana datangnya jawaban-jawaban itu dan entah kenapa menjawab pertanyaan-pertanyaan random tersebut seperti sedang menjawab pertanyaan yang selama ini menggantung di kepala. Mungkin inilah caraNya memberi makna kepada diri kami untuk mau melihat segala sesuatu – yang mungkin saat ini membuat diri bimbang – dengan lebih dekat, dengan lebih positif. #EdisiMamahDedeh

A-Pes Agent (N)                           : “Mama Curhat Dong!”
Mamah Dedeh Wanna Be            : “Iya Dong!”
A-Pes Agent (N)                          : “Kenapa gaji Cuma numpang lewat, Mah?”

… Hening lama

Mamah Dedeh Wanna Be            : “Begini anak-anakku, dalam kehidupan ini memang ada hal yang hanya datang sesaat lalu pergi, bukan untuk menetap di sini (tunjuk apapun yang mau ditunjuk). “Hal” itu ada hanya untuk memberi kita pelajaran  dan juga pengalaman. Gaji itu masuk ke dalam salah satu “hal” yang ditakdirkan untuk datang sesaat lalu pergi alias numpang lewat.  Dia memberi kita pelajaran sekaligus pengalaman bahwa ditinggalkan setelah sesaat dilewati itu memang bikin nyesek! Persis yang kamu rasa sekarang!”
                                                             
A-Pes Agen (T)                            : “Ini ngomongin Gaji?”
Mamah Dedeh Wanna Be            : “Iya, tapi bisa dimodifikasi!”

Urut dada masing-masing. Tapi selain penerimaan yang baik, apalagi yang bisa dilakukan?

A-Pes Agent (N)                           : “Mamah Nanya lagi, dong!”
Mamah Dedeh Wanna Be            : “Iya, dong!”
A-Pes Agent (N)                          : “Jarak Bintaro-Gatot Subroto 17 km. Jarak Gatot Subroto-Bintaro 17km. Dari lantai 1 ke lantai 10 = 10 lantai. Jarak dari lantai 10 ke lantai 1 = 10 lantai. Senin-Minggu = 7 Hari. Pertanyaannya, kenapa dari Minggu ke Senen cuma 1 hari?”

Kebangetan emang yang nanya!

Henin beberapa saat…

Mamah Dedeh Wanna Be            : ”Begini anakku, dalam kehidupan ini tidak semuanya bisa dihitung 1+1  = 2. Tidak semua hal bisa dinalar dengan logika. Ada hal-hal yang hanya perlu kita terima. Kalian ingat Qada dan Qadar anak-anakku? Keduanya tidak bisa dihitung, tidak ada yang tahu pasti. Keduanya tidak bisa di nalar dengan logika. Hanya bisa diterima dengan penerimaan yang baik. Begitu juga dengan kenapa Senin ke Minggu cuma satu hari. Terima saja dengan penerimaan yang baik. Tidak semua kenapa harus dijelaskan dengan karena.”

Mamah Dedeh Wanna Be            : “Bagaimana jawaban mamah?”
Semua Agent A-Pes                     : “Ajib!”

Urut dada masing-masing lagi. Memang kadang selain menerima dengan penerimaan yang baik, apalagi yang bisa dilakukan? Ada hal-hal yang memang harus terus diperjuangkan! Namun ketika sudah mati-matian dan masih belum mendapatkan apa yang kita perjuangkan, apalagi yang bisa dilakukan selain menerima dengan penerimaan yang baik? Tawakal *nyambung-nyambungin aja biar kayak Mamah Dedeh beneran! Hehe..

A-Pes Agent (I)                                 : “Mah, gue mau nanya dong!”
Mamah Dedeh Wanna Be                 : “Iya, dong!”
A-Pes Agent (I)                                 : “Kapan gue kaya?”

Hening sesaat, kemudian…

Mamah Dedeh Wanna Be            : “Kamu sudah kaya anakku, saat ini, hari ini, detik ini! Kaya itu bukan sekedar materi, uang, atau apalah bentuk kekayaan lain yang bisa dilihat dan dihitung. Coba tengok kiri dan kananmu anakku, betapa dirimu sudah dikelilingi oleh keluarga, teman, yang baik dan care. Coba ingat kembali ilmu yang sudah kamu dapatkan, kesempatan yang tidak pernah orang lain dapatkan. Kamu sudah kaya anakku. Jadi kalau kamu masih bertanya, kapan kamu kaya, mungkin ada yang kurang tepat dengan definisi kayamu, anakku.”

Mamah Dedeh Wanna Be            : “We are all rich anyway, exactly rich! We just need to be gratefull with the life that we have. Can you feel it? Free air, free water, free laugh, experiences, people around you who loves and care of you, knowledge, family, and other the intangible materials. Kadang, kita yang mempersempit diri ini dengan definisi yang kita buat sendiri!”

Deg! Bercandaan ini membawa saya ke satu titik, “Hei, Din, sudahkah kamu bersyukur dengan hidup yang kamu miliki saat ini? Kenapa terus meminta lebih jika yang dimiliki saat ini saja belum disyukuri? Bukankah semuanya akan mengalir berkah kemudian bertambah saat kita terus bersyukur? Karena merasa kaya itu bukan tentang seberapa banyak yang kita punya, tapi seberapa besar rasa syukur yang kita haturkan.”

Ke sanalah muara dari segala rasa.
Bahagia itu tercipta saat syukur selalu ada.
Dan tidak selamanya segala sesuatu yang dimulai acak menjadi acak-acakan, paling ngga malam ini satu pertanyaan yang membuat resah, terjawab sudah.

Bukan materi yang membuat kita kaya, tapi rasa syukur. Bukan seberapa tinggi jabatan kita di pekerjaan yang membuat kita “kaya”, tapi seberapa besar gairah itu muncul di setiap hal yang kita lakukan. Bukan seberapa besar gaji yang kita terima, tapi seberapa berkah dan manfaat semuanya bagi kita dan sekeliling kita.

Dan inilah akhir dari malam random.
Berakhirlah segala resah , semoga.



You Might Also Like

0 comments

Popular Posts