Random Talk #22

10:11 AM

"Bahagia itu keluarga...", seorang teman menuliskan kalimat itu di status media sosial miliknya yang langsung saya komentarin. Lama kalimat itu mengendap di hati dan akhirnya, tercipta koneksi dengan hidup yang dijalani saat ini.

Let me tell you the story..

Saya berasal dari keluarga sederhana. Ayah saya seorang pegawai negeri jujur yang di tugaskan di Departemen Pertanian. Dia penyuluh lapangan yang belakangan di pindah ke bagian fungsional, artinya dia lebih sering berdiam di kantor saat ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ibu saya seorang guru TK yang juga punya kerjaan sampingan sebagai guru privat anak-anak TK dan SD di bawah kelas 4.

Masih saya ingat dengan jelas, hidup kami sangat sederhana. Meski begitu, ada satu tekad besar yang tertanam dalam hati kedua orangtua saya, anak-anak mereka harus kuliah...harus kuliah..!! Ibaratnya biar tangan jadi kaki, dan kaki jadi tangan untuk mewujudkan tekad tersebut. Buat mereka lebih baik miskin harta dibandingkan miskin ilmu. Mereka ga punya apa-apa yang bisa diwariskan dalam bentuk harta, mereka cuma punya semangat untuk bisa mewariskan ilmu, itu juga ga diturunkan secara langsung, tapi lewat sekolah. Buat mereka, menjadi seorang yang berilmu bukan sekedar memudahkan mencari pekerjaan meski stigma itu pasti ada dalam pikiran mereka, jauh dari itu semua, menjadi manusia berilmu adalah satu-satunya cara untuk mengangat derajat diri, dengan ilmu kita bisa menjadi orang yang lebih bermakna. Kuliah bukan satu-satunya cara untuk menjadi manusia berilmu, tapi cara itulah yang mereka pilih agar anak-anak mereka menjadi manusia berilmu.

Detik-detik saya masuk kuliah ada satu masalah keuangan yang sangat pelik, membuat saya terancam gagal kuliah. Waktu itu, saya berpikir untuk bekerja di tempat les kalau memang sampai gagal kuliah. Sedih rasanya kalau sampai saya ga jadi kuliah, karena entah kenapa, ada dorongan yang begitu kuat dari dalam diri untuk bisa kuliah. Kuliah menjadi satu-satunya cara membuat saya menjadi lebih bermakna, dengan cara itu saya bisa mengangkat derajat kedua orangtua yang seringkali diabaikan oleh oranglain, mereka yang menganggap harta duniawi adalah perhiasan abadi.

Alhamdulilah, Allah memberikan jalan bagi saya, ibu, ayah untuk menemukan jalan keluar dari kesulitan tersebut. Lewat bantuan saudara, teman, pada akhirnya saya bisa kuliah di tempat yang sejujurnya bukan perguruan tinggi yang saya inginkan. Hanya perguruan tinggi itu yang menerima saya dengan PMDK, dan memberi keleluasaan menyicil uang kuliah di awal. Kita memang ga pernah tahu lewat jalan mana Allah SWT membawa kita pada suatu cita-cita.

Dalam kehidupan kuliah, ada banyak sekali orang yang membantu saya, langsung atau secara tidak langsung. Ada satu keluarga besar yang memberi saya kesempatan menjadi guru privat, dengan segala keterbatasan ilmu mengajar yang dimiliki dan juga keterbatasan ilmu psikologi anak. Mereka memberikan kepercayaan itu, selama saya kuliah, bahkan ketika lulus dan saya belum mendapatkan pekerjaan pun, mereka masih memberi saya kesempatan mengajar. Dengan cara itu, saya bisa bisa kuliah dengan baik, punya tambahan uang untuk bayar uang kuliah, beli buku, dan juga ongkos. Saat itu saya belum kepikiran sejauh ini, betapa baiknya keluarga itu memberi saya kesempatan. Mereka secara tidak langsung membantu saya dalam mewujudkan cita-cita saya untuk kuliah.

Ada juga teman-teman yang sangat baik, selalu membantu ketika sulit, memberi pinjaman buku yang jujur sangat jarang saya beli karena sayang uangnya (hehe, pelit dan irit), dan karena bantuan mereka itu, saya bisa sampai di garis finish kuliah.

and finally, saya bisa berada di sini sekarang
membuat tulisan dari rumah dengan koneksi internet yang sebelumnya tidak pernah ada
dengan keadaan yang berkali lipat lebih baik dari sembilan tahun yang lalu
Allah memberi kecukupan bagi kami sekeluarga, dan itu semua karena ilmu.. tekad orangtua menjadikan anak-anaknya manusia yang berilmu sudah terkabul, dan benar, dengan ilmu, kita bisa merubah keadaan

Kadang saya sering bengong sendiri melihat anak-anak seusia saya (sembilan tahun yang lalu) bekerja, tidak punya kesempatan kuliah, hati jadi miris. "Kalo gue ga kuliah, mungkin ga akan seperti ini ceritanya..."
Pointnya bukan kuliah atau ngga, tapi berilmu atau tidak... dan saat itu, gue teringat dengan kata-kata teh adenita. "Obat untuk menghilangkan kehampaan hati adalah memberi dengan kualitas dan meneruskan kesempatan...!!"

Saya pernah diberikan kesempatan oleh banyak orang untuk melakukan hal ini itu yang pada akhirnya kesempatan itu menggiring saya ke salah satu cita-cita, yaitu kuliah. Tidak hanya menggiring, kesempatan itu membuat saya bisa menyelesaikan kuliah, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan sedikit demi sedikit bisa merubah hidup. Kesempatan yang pernah diberikan orang-orang baik itu yang harus diteruskan.

Meneruskan kesempatan, itu yang harus dilakukan selanjutnya

Tulisan teh adenita mengingatkan bahwa saya bisa duduk di tempat ini (duduk di ruang tamu sambil mengetik blog ini), bukan karena saya sendiri. Saya bisa hidup dengan seperti ini karena kesempatan yang diberikan orang lain. Kesempatan yang diberikan oleh kedua orang tua saya, adik-adik saya, saudara-saudara saya, keluarga yang memberikan saya pekerjaan sebagai guru privat, guru-guru di sekolah, dosen-dosen, dan banyak lagi. Dengan mengingat ini, saya diingatkan kembali untuk tidak lupa diri, dan kesempatan yang sudah saya nikmati harus diterusakan kepada yang lain.

Kepada adik, keluarga, teman, orang tak dikenal yang membutuhkan kesempatan itu.
Lalu apa konektivitas cerita di atas dengan kalimat "Bahagia itu keluarga..?"
Kesempatan yang saya terima itu muncul pertama kali dalam sebuah keluarga, dan ada simpul yang terbentuk di setiap kesempatan yang membuat saya mengenal keluarga-keluarga lain tanpa ikatan darah. Bersama mereka, dengan dukungan mereka, cita-cita itu menjadi lebih nyata, menjadi lebih dekat untuk diraih.. dan kata bahagia yang masih saya eja maknanya, pelan-pelan mulai terasa...

dan tidak ada alasan untuk berhenti meneruskan kesempatan
karena dengan itu, kita bisa menggenapkan kesempatan yang pernah didapatkan

Selamat hari ini
Selamat meneruskan kesempatan Dince :)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts