Cerita Banyu #3

10:38 AM

Ada banyak hal yang membuatku kemudian berpikir, Banyu. Pemikiran-pemikiran absurd yang pada akhirnya hanya menggantung bebas di otak, bergulung dari hari ke hari, membentuk jaring tanda tanya yang semakin rumit, yang entah harus dari mana ku mulai untuk mengurainya.

Hidup itu lucu. Kenapa harus ada pertemuan seperti ini, yang pada mulanya hanya pertemuan biasa namun berakhir menjadi tidak biasa karena kita terbiasa bersama dalam waktu yang lama, meski kita sama-sama tahu, ada dinding kasat mata yang terlalu tinggi untuk dilewati.

Pertanyaan retoris yang bergema setiap kali melihat tumpukan dokumen audit, kubikel, layar monitor, List Iron Maiden... semua yang pernah tersentuh olehmu, meski itu hanya berupa tiupan udara dari mulutmu. Terlalu banyak hal tentangmu yang terekam baik disini (tunjuk kepala), bagaimana lagi caranya agar jaringan syaraf ini lumpuh agar tak lagi memutar bayang tentangmu?

Kamu mungkin akan tertawa terpingkal-pingkal membaca roman picisan yang kutuliskan dalam buku usang yang tanpa sengaja kamu wariskan kepadaku. Tapi, apalagi yang bisa kulakukan selain menguapkan satu per satu ingatan lewat roman picisan seperti ini? Menuliskannya adalah satu-satunya cara untuk bisa menjadi sehat

Kamu bilang, ada satu masa di mana kamu takut untuk memejamkan mata. Kamu takut, saat mata kembali terbuka, kamu hanya akan menemukan dirimu sendirian di tempat tak dikenal, menangis kesepian, persis seperti saat kamu ditinggalkan orangtuamu di pinggir jalan dekat panti. Kamu takut, hingar bingar, kasih sayang yang melingkupimu hanya bayang semu. Sekarang aku merasakan hal yang sama. Aku takut memejamkan mata. Aku takut saat mata kembali terbuka, tak ada lagi waktu yang tersisa bagiku untuk menuliskan tentangmu, yang ada hanya dinding kasat mata yang kembali menyadarkan kita, semuanya hanya fatamorgana
Rinai

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts