Cerita Banyu #2

8:28 AM

Kamu bilang, "Kadang dibutuhkan jarak untuk menjadi dekat...", kata-kata filosopis kedua yang mengalir begitu saja dari bibirmu. Waktu itu, kita sedang sibuk mempersiapkan dokumen audit yang nyaris membuat jiwa menjadi gila. Beruntung masih ada kamu, dengan kelakuan absurd itu dan sederet list Iron Maiden yang hentakannya membangkitkan semangat. Akhirnya aku mengerti kenapa lagu cinta yang mendayu-dayu hanya terasa gelitikan kapas di telingamu, memberi efek geli saja.. Jiwa kamu tidak sejalan dengan hentakan nada-nada minor..!

"Ha...?", spontan kata-kata itu meluncur, kebiasaan yang membuatmu malas melanjutkan obrolan. Dari dulu kamu selalu bilang lebih baik di jawab dengan dahi bergerak ke atas dibandingkan dengan "Ha..!", "Gak sopan...!!", dan anehnya sejak saat itu kebiasaanku menjawab "Ha?" Semakin menjadi, berulang kali

"Eh, sorry..gimana tadi maksudnya? jarak biar jadi dekat..? Hmmm... kata-kata lo terlalu ajaib... yahh lo tau kan, Pelajaran fisika gue dulu jeblok banget, jadi agak ga mudeng kalo bahas jarak-jarak-an...", aku meracau bebas, berusaha melucu, berusaha membuatmu merenggangkan otot wajah yang menegang akibat 

"Ha..!!" Yang baru saja dilontarkan.

"Garinggg...!!!", kamu mencibir sendiri, kemudian akhirnya menyerah untuk tidak lagi marah.

"Gue selalu berantem kalo lagi deket sama adik gue di panti, Raa.. sekalinya dia jauh, gue malah nyariin...!, kamu mulai becerita

"Adik gue itu orangnya sebelas dua belas kayak gue, mungkin karena itu kita selalu bertengkar setiap kali bertemu.. pertengkaran-pertengkaran sepele yang mungkin ga penting buat sebagian orang.. tapi entah kenapa, pertengakaran-pertengkaran kecil yang ga penting ini makin sering terjadi, bahkan meluas ke sana-ke mari...akhirnya, gue sesak sendiri...."

Hening sesaat, kamu menarik nafas, bersiap menembakan sejuta rasa ke udara.

"Sampai pada akhirnya, gue menyerah untuk berdekatan dengannya... kita memutuskan untuk menjaga 
jarak... memberi jeda, agar kita bisa bernafas dengan lebih leluasa..."

Kamu tersenyum.

"Itulah kenapa gue bisa nyangkut di Jakarta sedangkan dia masih setia tinggal di Cisarua..."
"Hidup itu lucu ya, Ra... Setelah gue dan dia berpisah, kita malah sering cerita, tuker kabar, kangen-kangenan... nyaris ga pernah berantem...dulu? Mana pernah...!"

Tanganmu masih sibuk mengetik dengan mata menerawang jauh ke depan, meninggalkan monitor. Bisa kutebak lima menit lagi kamu akan berteriak, "Anyingggggg, gue ngetik apa ini, Ra...!", itu kebiasaan kamu

"Itu hal paling manusiawi yang juga pernah gue rasain, Bay... dulu waktu gue masih sama Badai, gue sering banget berantem, ga ada hari tanpa berantem.. sampai akhirnya kita memutuskan break, menjaga jarak.. memberi waktu buat hati kita masing-masing untuk jujur, apakah dia atau gue, adalah orang yang dirindukan bukan karena kebiasaan..", aku mulai meracau bebas

"Kadang kita terjebak dengan kebiasaan bersama yang membuat kita lupa, kita bahagia bersama dia karena memang dia orang yang membuat kita bahagia (atau sebaliknya), atau karena kebiasaan bersama yang kalau salah satu dari kita menghilang, kita kalang kabut bukan main... seolah candu.. dan buat buktiin itu, kita harus memberi jarak...", aku menghela nafas panjang, memberi jeda untuk kata selanjutnya

Mata kita menerawang jauh, memberi ruang pada dunia pikir kita masing-masing

"Gue ga ingin dicari karena gue bagian dari kebiasaan Badai, dimana gue selalu bareng dia.. gue ingin jarak yang tercipta menyadarkan diri masing-masing apakah kita bahagia karena bersama atau rutinitas...", aku meracau tak karuan

"Anyingggg... gue ngetik apaan ni, Ra.? Kebanyakan ngomong dan bengong kita..!", kamu tertawa lepas, menertawakan semua percakapan absurd yang baru saja kita lakukan

Aku tertawa, mencoba menyeimbangimu. Meski sebenarnya aku tidak menemukan hal yang lucu. "Ada satu yang belum kamu tahu, Bay.. bersamamu, bukan suatu kebiasaan yang membuatku senang, aku mulai merasakan, aku bahagia karena kita bersama, dan tolong jangan ciptakan jarak bodoh itu hanya sekedar melakukan pembuktian teori bodoh, hasil pemikiran sok filosopis yang baru saja kita lakukan. Kalau kamu butuh jeda, bilang saja, aku akan memberi jeda.."

Detik berlalu
Menguapkan segala kata acak dalam tumpukan dokumen audit yang memuakkan jiwa

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts