Random Talk #29

5:21 AM

Yang paling perih perasaannya dari kepergian ayah saya adalah mama. Buat mama, ayah bukan sekedar suami, dia adalah sahabat, kakak, dunianya, separuh jiwanya. Buat mama, rasanya untuk ayah bukan lagi sekedar cinta warna merah jambu layaknya sepasang manusia yang baru mengenal cinta, rasanya untuk ayah adalah sayang yang berlipat tingkatannya dari hari ke hari. Maka saya tidak heran saat ibu saya menangis di hadapan saya sambil berkata, "hati mama perih, teh.." atau tiba-tiba mama terbangun di malam hari sambil menangis teringat almarhum ayah. Saya memang belum menemukan belahan jiwa, belum tahu rasanya jatuh cinta yang sesungguhnya, tapi saya bisa merasakan desir perih yang dirasa mama setiap kali dia terisak.

Saya hanya bisa memeluk mama sambil terus mengajaknya berdzikir. Kami hanyalah manusia lemah yang hanya dariNya lah segala kekuatan ini berasal. Sampai hari ini, saya masih merasa ini semua seperti mimpi yang akan berakhir saat kesadaran terkumpul. Namun, setiap kesadaran saya terkumpul, semakin nyata bahwa ini semua bukan mimpi.

Adik bungsu saya mungkin menjadi orang yang merasakan perih yang sama dengan mama. Dia adalah orang yang menyaksikan bagaimana ayah saya drop secara tiba-tiba setelah pulang jalan pagi. Adik bungsu saya adalah yang paling sering menghabiskan waktu dengan ayah, karena dia yang memang sering ada di rumah.

Kami semua kehilangan.

Saya kehilangan orang yang paling setia menunggui saya pulang kerja. Dia selalu duduk di ruang tengah menunggu saya pulang, kadang sambil tertidur dan tidak sadar anaknya ini sudah ada di kamar. Orang yang paling setia mengantar atau menjemput saya bahkan ketika saya tidak mau diantar, dia tetap memaksa untuk diantar. Orang yang paling mengerti saya untuk mengejar mimpi-mimpi yang tidak dimengerti oleh mama, pergi melanglang buana, berpetualang. Orang yang paling percaya bahwa anak-anaknya akan menjadi orang yang berguna bagi sesamanya.

Kami kehilangan figur ayah yang humoris, yang celotehannya mengundang tawa meski kadang juga mengundang sewot dari anak-anaknya. Dia hanya ingin lebih dekat dengan keluarganya dengan cara seperti itu.

Yang paling dia inginkan adalah bisa mengendarai mobil dan membawa saya dan mama pergi. Maha Besar Allah, dua minggu sebelum ayah meninggal, kami bertiga pergi bersama. Ayah membawa mobil dan saya dan mama menjadi penumpang pertamanya. Dia begitu bangga bisa membawa kami pergi. Mengingat itu, paling tidak dia sudah merasa lengkap.

Ayah memang sudah tiada, tapi kenangan dengannya selalu tersimpan rapi di tempat istimewa di dalam hati.

Tempatkan ayah di sisi terbaikMu Ya Allah, amin
Dini

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts