Frame #3

4:15 AM


Selalu ada alasan dibalik setiap kejadian. Begitu pun dengan saya, yang Jum'at kemarin, nekad ninggalin pekerjaan kantor sekitar satu jam setengah untuk ikutan motivational training yang diadakan oleh tim HR. Dan saya menemukan satu dari seribu alasan kenapa Allah SWT memberikan kesempatan buat saya bisa berada di ruang training meski tumpukan pekerjaan terus memanggil. 


Ada satu potongan cerita yang dimuat dalam sebuah video, dimana video ini diputar di tengah-tengah training. Potongan cerita itu sukses bikin banyak orang menangis, saya salah satu yang masuk kategori orang yang menangis tersebut. Berikut adalah potongan cerita yang sudah berhasil bikin nangis massal itu :



Source : Youtube

Pertanyaan selanjutnya adalah, "Apa sih yang sebenarnya membuat saya menangis saat melihat rekaman tersebut?"


Entah kenapa, saat melihat video tersebut, saya teringat dengan ayah saya di rumah.

Entah kenapa lagi, ada koneksi antara ingatan terhadap ayah saya dengan potongan cerita dalam video tersebut yang membuat saya merasa... entahlah apa sebutannya, yang pada akhirnya membuat saya meleleh sendiri...

Ayah saya itu adalah seorang laki-laki yang usianya sekarang lima puluh empat tahun. Seorang pegawai negeri yang jujur. Kenapa saya bilang jujur? Kalau bukan orang jujur, mungkin sudah sejak lama kami semua hidup dengan kategori bermewah-mewahan. Dia itu seorang yang suka sekali ngomong alias cerewet (dan ternyata hal itu menurun langsung kepada saya), dan orang yang paling sering bikin kesel orang serumah dengan kebawelan dan juga keisengannya. 


Ayah saya selalu bilang, anak-anaknya itu harus bisa menjadi penerus dari mimpi-mimpi yang tidak pernah dia raih sebelumnya. Sekolah sampai ke jenjang tertinggi, punya kehidupan yang berlipat-lipat lebih baik dari kehidupan yang pernah dia berikan untuk kami anak-anaknya. Mungkin bagi dia, hidup yang dia berikan untuk kami semua jauh dari sebutan baik, tapi dia ga pernah tahu, bahwa tiap detik hidup yang dilalui bersama, sejak dulu sampai sekarang adalah pembelajaran hidup yang luar biasa. Kami semua (saya dan adik-adik saya), bisa sampai ke hari ini, semua karenanya.


Kadang sering, saya suka lupa diri.
Dulu salah satu alasan saya bertahan di dunia perkuliahan dan berusaha mendapatkan nilai sebaik-baiknya kemudian mendapatkan pekerjaan yang baik adalah untuk membahagiakan kedua orang tua saya. Sekarang, di saat saya sudah bisa hidup sendiri, mendapatkan pekerjaan yang baik, saya sering lupa diri, terlalu asyik dengan diri sendiri dan terkadang menjadikan kedua orang tua sebagai prioritas keberapa setelah keinginan sendiri.

Hal paling saya ingat dari ayah saya adalah saat dia ngomong serius pada saya soal jodoh beberapa minggu yang lalu. Di saat semua orang mempertanyakan kapan saya menikah, dengan siapa saya menjalin cinta saat ini, dan pertanyaan turunan lainnya tentang perjodohan, yang nyaris membuat saya lari-lari ke hutan belok ke pantai untuk melarikan diri, dia tiba-tiba bilang,

"Teh, Allah mah punya rumus sendiri dalam ngatur kehidupan manusia.. Dia selalu tahu apa yang kita butuhin saat ini.. Jadi sekarang rumusnya adalah, belum saatnya untuk teteh dipertemukan dengan jodohnya..Tapi satu hal yang harus teteh yakin, Jodoh itu pasti ada... dan teteh juga pasti bisa ngerasain mana cinta yang jodohnya teteh, dan mana yang bukan... itu bakalan terasa...dan ga usah mikirin apa yang orang lain pertanyakan... Yakinn aja teh, semua akan datang, pasti datang.."

dan saat itu, mendengar kata-katanya itu, hati saya yang awalnya panas luar biasa jadi ademmmm....Di saat semua orang bertanya kapan, dia stu-satunya orang yang tidak mempertanyakan hal yang sama ...

Saya bukan orang yang dengan mudah minta maaf apalagi mengucapkan sayang kepada kedua orangtua.
Tapiiii, ditulisan ini, yang mungkin ga akan pernah mereka baca karena keterbatasan teknologi, hihi, saya ingin bilang, "Ayah, terima kasih... Sehat selalu :) "

There are no perfect father, but a father will always love perfectly 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts