Biru yang tak pernah abadi

7:41 AM



Stasiun Sudirman, 6 Februari 2012 :: 19.36 wib

Beberapa saat yang lalu, langit-langit Jakarta tempat saya bernaung, bekerja, menunjukan wajah manisnya.  Kombinasi biru dan oranye yang serasi, merefleksikan keindahan alam tiada duanya. Beruntung bisa menangkap momen indah seperti tadi. Keindahan itu menelusup ke dalam tubuh, memberikan nafas baru untuk jiwa-jiwa yang lelah setelah bekerja seharian. Yap, pemandangan tadi memang ada dan memang indah, bukan sekedar kelebayan biasa sebagai tanda galau :).

Sesaat kemudian, semuanya menghilang. Kombinasi biru dan oranye berganti dengan biru pekat, diterangi samar-samar oleh cahaya bulan yang bentuknya hampir bulat penuh. Tidak ada lagi keindahan langit sore seperti yang dilihat sebelumnya, yang tersisa hanya gelap yang samar diterangi cahaya bulan.

Yap, keindahan memang cuma bisa dilihat dan dirasa sementara, tidak ada keindahan yang abadi di dunia ini. Keindahan abadi hanya ada di satu tempat, suatu tempat yang telah lama menjadi harapan setelah hidup tidak ada lagi. Entah, saat waktunya tiba nanti, apakah bisa mencicipi setiap senti keindahan yang terpajang tiada habisnya itu? Semoga saja bisa, Amin.

Saat-saat seperti sekarang ini, menunggu kereta datang, sendirian, perut setengah isi, kantong setengah kosong, tidak ada kerjaan, plus tidak ada teman untuk bergeje ria, menciptakan efek-efek galau tiada tara. Sepi di tengah keramaian seperti ini seperti dingin di Padang Sahara. *Eh??  Maka jadilah saya menggalau lewat tulisan ini :).

Saya jadi inget lagunya Peterpen yang satu ini, salah satu lagu terbaik mereka sepanjang masa. Setiap mendengar Ariel atau siapapun menyanyikannya dengan penghayatan penuh, otomatis bulu kuduk saya berdiri tegap, ada hati yang bergetar, tersentak oleh bunyi yang keluar lewat nada dan suara.

Takkan selamanya tanganku mendekapmu
Takkan selamanya raga ini menjagamu

Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu
Dan semua keindahan yang memudar
Atau cinta yang telah hilang

Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi
Tak ada yang abadi...

Seperti keindahan yang baru saja pergi, setiap hal dalam hidup ini tidak ada yang abadi. Seperti rasa sepi di tengah keramaian ini juga tak akan abadi. Seperti tangis yang menggantung karena patah hati itu juga tak akan abadi. Seperti udara yang dihirup saat ini juga tak akan abadi. Seperti raga yang kini sehat juga tak akan abadi. Seperti momen-momen menyenangkan yang terlewati juga tak akan abadi. Dan seperti-seperti-nya yang lain, juga tidak ada yang abadi.

Lantas, jika memang semuanya tidak ada yang abadi, kenapa harus larut dalam rasa sepi di tengah keramaian? Kenapa terlalu bahagia saat momen-momen menyenangkan itu datang? Kenapa terlalu membanggakan raga yang sehat tanpa pernah dijaga? Kenapa harus terus menangis dan menggantung kecewa saat hati sedang terluka? Kenapa terus bertanya kenapa, padahal sudah tahu jawabannya? Hmm….. Ini artinya saya masih resmi sebagai manusia :).

Yap, semuanya memang jelas, tidak ada yang abadi. Karenanya, saat keindahan itu datang menyapa, maka nikmatilah tanpa menyisakan sedikit pun ruang untuk kata menyesal karena telah melewatkannya. Saat sepi datang, nikmatilah sepi itu sampai akhirnya keramaian datang dan sepi kembali dirindukan. Saat sehat melekat, nikmatilah karena akan ada saatnya raga menjadi lemah. Saat cinta datang menyapa, maka sapalah kembali ia dan jangan melepaskannya, karena akan ada saatnya dia menguap begitu saja tanpa pamitan. *Eh?

Yap, nikmatilah selagi bisa menikmati, karena mampu menikmati juga tak akan abadi.

Selamat hari Senin :)

Biarkan aku bernafas sejenak
Sebelum hilang....

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts