Random Talk - Kisah Klasik #1

5:26 PM

Pengalaman di masa lalu, rasa sakit dan kecewa, sedikit banyak mempengaruhi cara pikir saya soal masa depan. Kalau kamu begitu juga ga?

Saya berasal dari keluarga biasa saja. Ayah saya seorang pegawai negeri sipil yang jujur (karena kalau tidak jujur mungkin hidup kami akan jauh dari kata biasa saja), dan ibu saya seorang guru TK. Dulu semasa kecil, kami tinggal di rumah kontrakan kecil yang bentuknya paling ngga ok diantara rumah lainnya. Kalau jaman itu sudah ada acara tivi bedah rumah, mungkin rumah yang kami tempati masuk dalam kategori rumah yang layak di bedah, hehehe. Regardless susahnya kondisi kami saat itu, semangat orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang tertinggi yang mampu mereka raih tidak pernah pudar.

Pekerjaan apapun mereka lakukan selama itu halal. Apalagi Ibu saya, waktu itu giat-giatnya ngajar les demi membantu ayah. Keadaan ekonomi keluarga yang sederhana, rumah seadanya, tidak jarang menimbulkan kesenjangan sosial yang begitu terasa. Tidak sedikit orang yang memandang sebelah mata kepada keluarga kami. Hebatnya ayah dan ibu saya waktu itu, mereka ngga peduli pada penilaian orang lain, toh kehidupan yang mereka jalani tidak menyusahkan orang lain. Tidak jarang ibu sedih dan sakit hatinya dengan perlakuan orang-orang pada saat itu. Alih-alih membalas, Ibu saya khususnya bekerja lebih giat dengan memberikan les pada anak-anak didiknya. Ayah saya? Sama, berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya, khususnya pendidikan.

"Bukan harta yang kami ingin tinggalkan, tetapi ilmu yang bisa membawa kalian melesat jauh dari kehidupan saat ini", kurang lebih itulah tujuan mereka untuk anak-anaknya. Mereka ingin anaknya mengecap pendidikan yang lebih baik, sesuatu yang tidak mereka dapatkan pada saat itu.

Lantas kami? Saya tidak muluk-muluk ingin menjadi sukses dan kaya raya. Pada saat itu saya cuma ingin belajar dan memberikan yang terbaik, mengangkat derajat orang tua melalui bangku sekolah. Saya bukan anak dengan prestasi ini itu, hanya siswa biasa saja. Namun Allah SWT begitu baiknya memberikan kesempatan ini itu sampai akhirnya saya bisa lulus dengan nilai yang baik, sebuah persembahan untuk ayah dan mama, serta sedikit motivasi bagi kedua adik saya untuk melakukan hal yang lebih baik dari yang pernah saya lakukan.

Lantas sekarang?
Kalau orang-orang melihat kenapa sih Din lo kerja giat banget? Sampe malem-malem gitu? Kerja terus, dan seterusnya. Kadang saya suka berpikir, kenapa ya gue segininya?

Sejujurnya, saya bukan orang yang gila kerja sampai melupakan waktu dan orang-orang terdekat. Tapi tanpa sadar, kebiasaan jaman dulu membuat saya yang seperti ini. Bekerja itu ibadah. Kepercayaan ini amanah yang harus dijaga. Dan saya melakukan ini semua karena pekerjaan ini tanggung jawab yang harus diselesaikan. Itu aja sih.

Balik lagi ke pengalaman masa lalu. Saya bekerja giat selain karena memang itu adalah tanggung jawab yang harus diselesaikan dengan baik, namun juga bentuk ikhtiar untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak saya kelak. Kalau ada yang bilang perempuan jangan kerja tinggi-tinggi, jangan sekolah tinggi-tinggi, mungkin mereka sesekali harus berada di "sepatu" orang tersebut untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik.

Mungkin sebagian dari kita punya masa lalu masing-masing yang mendrive kita menjadi pribadi seperti saat ini, mempengaruhi pola pikir, dan sebagainya. Semua orang punya battle fighting-nya masing-masing yang kita ngga pernah ketahui. So that's don't judge, akan lebih indah kalau saling mendukung selama bukan hal-hal prinsip dan negatif yah tentunya yang dijalani.

Seorang teman pernah cerita bahwa dia ngga ingin anaknya mengulangi nasib yang sama dengannya. Saya mengangguk setuju. Oleh karenanya dia melakukan hal terbaik yang bisa dilakukan agar circle kehidupan di masa lalu yang tidak baik tidak terulang lagi.

Sebuah quote yang begitu melekat di kepala sampai saat ini, diambil dari Novel milik Harper Lee yang berjudul to kill a mockingbird

You never really understand a person until you consider things from his point of view... Until you climb inside of his skin and walk around in it.

Nah hal yang sama soal relationship. Pengalaman di masa lalu, gagal dan patah hati berkali-kali pastinya mempengaruhi cara pandang kita akan sebuah hubungan dan sedikit banyak kita (saya khususnya) akan lebih defensif agar tidak merasakan ulang rasa sakit hati itu bukan? Dulu mungkin saya orang yang cuek dalam menjalin sebuah hubungan, ngga perhatian, seperti ngga sayang, hahaha. Mungkin karena itu jadi ditinggalkan #eh. Yah, belajar dari pengalaman masa lalu, ada sebuah usaha perbaikan yang dilakukan, yang semoga saja dengan usaha tersebut, menciptakan sebuah hubungan yang lebih baik dan lebih sehat. #disambung-sambungin.

Yah, begitulah akhir cerita random hari ini yang sebenernya kebanyakan curhatnya. Jadi kalau tiba-tiba ketemu orang yang uniknya luar biasa, santai dulu aja, siapa tahu bagian dalam masa lalunya yang berat dan membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Chill! Selamat hari senin :)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts