Random Talk - (Bukan) Review Aroma Karsa

5:51 PM

Rasa-rasanya sudah lama sekali saya ngga ke toko buku hanya untuk sebuah novel. Biasanya saya ke sana tanpa memiliki tujuan yang jelas ingin membeli buku apa, seringnya hanya lihat-lihat, kemudian memilih secara acak novel yang dianggap menarik, kemudian pulang. Sudah lama juga saya ngga nemu novel karangan penulis indonesia yang klik di hati untuk dibawa pulang, alhasil novel terjemahan berserakan di meja rumah.

Sabtu kemarin berbeda. Saya niat banget naik ojek online ke toko buku yang ada di dekat rumah hanya untuk membeli novel terbarunya teh Dee Lestari, yang perjalanannya sudah saya ikuti sejak lama, mulai dari novel itu dinyatakan rampung, akan diterbitkan dalam media digital dan cetak, sampai akhirnya teh Dee mengumumkan di media sosial pribadinya bahwa versi cetak sudah bisa dibeli di toko buku terdekat. Yeay! Kemarin itu, tidak sampai15 menit saya ada di toko buku, setelah nemu novel berjudul Aroma Karsa, yang membuat saya penasaran setengah mati akan isinya, saya bergegas menuju kasir, bayar, kemudian pulang cepat-cepat demi bisa langsung baca isinya.

Well, ini novel terbarunya teh dee setelah intelegensi embun pagi muncul di tahun 2014. Saya pernah bikin (bukan) reviewnya dulu di sini. Kali ini penasaran akan Aroma Karsa membuncah ingin pecah (ceile), dahaga ini harus segera diselesaikan. Sebenarnya bisa saja saya membaca Aroma Karsa sejak lama, karena memang teh dee dan tim booklife (klo ngga salah ya), membuat versi digital dengan konsep cerita bersambung yang menurut saya tidak kalah cemerlangnya dengan konsep cerita Aroma Karsa itu sendiri. Namun saya tetap memilih untuk sabar dan setia menunggu versi cetak muncul. Kenapa? Karena ada kenikmatan tersendiri tenggelam di halaman demi halaman novel dibandingkan membaca dari layar gadget yang bikin mata lebih cepat lelah. Selama ada versi cetak, saya akan pilih cetak! Siapa lagi di sini yang tim cetak juga? Hehehe.

Karena tulisan ini bukan sebuah review, maka paragraf-paragfaf berikutnya dari tulisan ini murni buah perasaaan (apa coba) setelah membaca novel dengan tebal lebih dari 600 halaman yang bisa saya selesaikan kurang dari 3 hari saja (masih lelet bacanya tapi biarlah yang penting happy). So, maaf-maaf kalau ada hal yang kurang berkenan dari tulisan ini 😊.

So, Dini, bagaimana kesan pertama lo setelah membaca Aroma Karsa?

"Gila! Jenius! Keren banget! Imajinasi tingkat tinggi!", deretan kata yang pastinya meluncur dari mulut saya ketika ditanya soal Aroma Karsa. Decak kagum atas sebuah karya ini membuat saya sukses tersenyum puas membacanya.

Ide soal aroma selalu menarik buat saya. Dulu saya nge fans sama drama taiwan yang judulnya Scent of Love, sebuah drama yang membuat saya berkhayal soal aroma dan masa lalu, eh? Karena di cerita itu ditampilkan si tokoh utama bisa mencium aroma dan membawanya ke jejak masa lalu. Di kehidupan nyata, pernah ngga sih mencium wangi sesuatu kemudian teringat dengan waktu atau momen tertentu? Saya pernah! Misal ketika mencium wangi pengharum pakaian lavender, ingatan saya mundur ke masa-masa smp dimana wangi itu merupakan wangi khas sehari-hari. Atau mencium wangi parfum tertentu lalu tanpa sadar ingat seseorang? Ehem.

Balik lagi ke cerita Aroma Karsa, perpaduan yang unik khas dewi lestari (yang juga saya temukan dari novel-novel sebelumnya) yaitu tokoh yang tetap modern & hidup di jaman modern tentunya, namun memiliki latar belakang kehidupan lain diluar nalar akal, yang entah kenapa terasa pas dan tidak berlebihan. Kalimat-kalimat yang ada di novel itu seolah magis yang membuat kita (mungkin saya sih) percaya bahwa kehidupan seperti dwarapala itu ada, banaspati itu nyata, dan cinta itu memang cuma bisa di rasa akibatnya #eh? 😂 di bandingkan dengan Intelegensi Embun Pagi, saya lebih bisa nerima imajinasi teh dee lestari di novel Aroma Karsa ini. Entah kenapa. Asumsi saya karena mungkin sebelum membaca novel ini, saya masih percaya ada kehidupan lain yang mengisi hutan dan gunung di Indonesia, alam yang berbeda dengan alam manusia, makanya ngga terlalu sulit untuk mencerna jalinan imajinasi lewat setting dwarapala, tokoh banaspati, titisan dewa-dewi, kisah tentang rasa dan tuan putri, dan lain sebagainya

Seperti ada dorongan untuk terus membuka halaman selanjutnya, saya sulit untuk berhenti mengejar jejak Jati Wesi dan Tanaya Suma lewat bab demi bab yang tersusun rapi. Mayoritas alur yang digunakan teh dee di novel ini adalah alur maju, namun sesekali ia menyelipkan bagian masa lalu yang sukses membuat penasaran dan praduga itu tercipta sendiri di kepala. Hasil akhirnya? Beberapa praduga itu benar dan beberapa lainnya di luar dugaan sih. Point utamanya bukan berapa banyak yang benar dan salah, tapi bagaimana cerdasnya teh dee dalam bercerita dan tidak membuat pembacanya kebosanan di tengah jalan, masalah yang sering saya hadapi belakangan ketika membaca novel. Jaitannya rapi kalau istilah baju mah #apacoba bawa-bawa baju 🤣

Hal yang membuat saya tidak berhenti bilang, " Anjrit keren banget!", selain ide cerita yang unik, berbalut imajinasi yang juga tingkat tinggi, adalah bumbu riset yang saya temukan dari setiap alur ceritanya yang terbungkus manis lewat jalinan kata yang juga tidak berlebihan pujangganya. Magis. Mungkin itulah yang membuat tulisan dee terasa lebih nyata. Dari prakata awal novel ini saya tahu riset yang dilakukan teh dee tidak sehari dua hari dilakukannya. Superlah pokoknya Ibu Suri.

Lalu bagaimana akhir ceritanya?
Nahh ini, bagian ending yang awalnya saya kira sudah selesai, baik-baik saja atau kata lainnya happy ending ternyata dijungkir balikan begitu saja oleh teh dee lewat twist yang pada akhirnya bikin saya gumam sendiri, "anjrit ga kebayang, gue kira udah happy ending". Meski tidak diceritakan secara gamblang a.k.a ending dibuat menggantung, namun sudah cukup bisa membuat imajinasi saya berkeliaran memikirkan bagaimana sedihnya akhir cerita Jati Wesi dan Tanaya Suma, dua tokoh utama di Aroma Karsa ini.

Well, saya ngga salah nge fans sama teh dee lestari lewat karya-karyanya, yang sepertinya menjadi kiblat ketika saya membutuhkan inspirasi menulis. Favorit saya masih tetap rectoverso dari semua ķarya teh dee, namun Aroma Karsa berhasil menghibur saya dari kejemuan kehidupan perkantoran yang bikin mati rasa #lah malah curhat.

Dua poin penting dari sebuah karya menurut saya, menghibur dan menginspirasi. Lewat Aroma Karsa teh dee berhasil menghibur saya sebagai pembacanya, sekaligus menginspirasi saya untuk terus menghargai sebuah proses menulis yang tidak melulu harus instan dan mengikuti selera pasar. Tulisan dari hati, akan punya penikmatnya sendiri.

So this is it!
Thank you for reading dan semoga bermanfaat hehehehe.

Source of photo : google

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts