Random Talk - All The Bright Places

5:51 AM

"The thing I realize is that it's not what you take, it's what you leave" - Ultraviolet Remarkey-Able

Suatu hari saya pernah meracau bebas di sebuah ruang maya yang isinya sahabat-sahabat yang sudah dianggap keluarga kedua. I was saying to them that I laughed at my self for something and at somepoint I pity my self for what happen recently in my life. Bahasanya seolah-olah saya yang paling menderita sedunia aja, deuh!

Kemudian teman saya di grup tersebut tiba-tiba muncul dan bilang," Hati-hati Din, depresi terselubung!", yang kemudian dilanjutkan kuliah singkat soal kejiwaan (karena kebetulan dia seorang dokter). Pada momen itu dia sharing tentang teman-teman terdekatnya yang terkena mental disorder macam bipolar, depresi, schizoprenia, dan kawan-kawannya yang lain, bikin saya sedih dan merinding sendiri dengernya.

At the end dia bilang betapa pentingnya menjaga "mekanisme koping" atau pertahanan diri pada tekanan stress supaya jiwa tetap sehat, dengan cara banyak-banyak meracau bebas (macam hal yang saya lakuin), atau ngelakuin sesuatu yang bisa membuat kita tetap bisa bertahan sama yang namanya stress supaya jiwa tetap sehat. The most important thing is mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ketika mekanisme koping ini ngga stabil bisa berakibat munculnya mental disorder yang labelnya terdengar tabu buat khalayak umum.

I don't take it seriously sampai saya baca sebuah novel karangan Jennifer Niven yang menceritakan kisah dua orang anak muda, Finch dan Violet. Dua orang yang sama-sama punya masa lalu yang membuat mereka menjadi orang yang berbeda. Violet yang menjauh dari lingkungannya dan mencoba bunuh diri karena ditekan rasa bersalah atas kematian saudaranya, Eleanor, dalam kecelakaan mobil pada suatu malam, dimana Violet yang jadi supir malam itu. Beruntung pada momen dimana Violet ingin bunuh diri, dia bertemu dengan Finch yang juga awalnya punya tujuan yang sama, bunuh diri (yang alasannya baru ketahuan di bab-bab akhir novel ini, bikin gemes yes?)

Pertemuan keduanya di bell tower sekolah pada waktu hujan turun plus adanya kesamaan niat bunuh diri menjadi awal dari perjalanan dua orang anak remaja Amerika ini saling mengenal satu sama lain, melakukan penjelajahan yang Violet ngga pernah pikirin sebelumnya dan hanya jadi ide liar Finch selama ini. Keduanya "saling menemukan", dan Finch telah menyelamatkan Violet. Maksudnya, Din? Finch menjadi orang yang membuat Violet keluar dari ketakutan akan masa lalunya, perasaan bersalah dirinya yang membuatnya menjadi lumpuh "not literaly". Bersama Finch, Violet menemukan cara untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Perlahan tapi pasti, Violet bisa bangkit dari keterpurukan masa lalu.

"Cinta itu saling menguatkan, ngga cuma sekedar saling mengisi", penggalan kata yang selalu saya ingat beberapa waktu ke depan.

Lalu bagaimana dengan Finch? Itulah, semua orang disekitarnya telat sadar akan hal yang sebenarnya terjadi pada Finch. Dan penulis ini cerdas banget bikin alur cerita yang ngga ketebak dari awal mula (bikin gemes dan ber-haa ria di bab-bab akhir).

Simply saying Finch has Bipolar Disorder dan dia sangat tertekan dengan label ini, label yang membuat dia beda dari yang lain. Noone ever know about this termasuk keluarganya. Yang mereka tahu Finch suka menghilang dalam beberapa waktu dan pulang lagi ke rumah seperti ngga ada apa-apa. Finch sadar dia "beda" dan dia tertekan dengan label "bipolar disorder" yang menempel pada dirinya, membuat dia selama beberapa waktu ini memikirkan tentang bunuh diri. He slept in the closet like his closet is his suaka, dan hanya Violet yang tahu hal ini.

Perasaan tertekan dengan label mental disorder ini semakin menjadi ketika dia menyadari bahwa ia jatuh cinta pada Violet dan Violet pun merasakan hal yang sama. Untuk beberapa waktu mereka berdua bisa merasakan manisnya rasa tapi at one point in time, black mood balik nyerang Finch dan akhirnya apa? Dia memutuskan untuk melarikan diri dari Violet, dari keluarganya, dan dari dirinya sendiri. Kenapa begitu? Karena dia merasa seorang Finch dengan Bipolar Disorder ngga layak dicintai dan dia berpikir dirinya akan bikin Violet menderita pada akhirnya. He drown on his own though!  Dia mati oleh pikirannya sendiri! Huff!

He committed suicide in the end membuat saya ber-haaaa ria di akhir cerita. But I got the point! Apa, Din? Baik Finch dan Violet pada awalnya sama-sama berpikir Noone understand their feeling so that's why they kept it all alone for a long long time. They have no one to be trusted, mereka worry di judge dan semacamnya. Itu sebabnya mereka depresi dan memutuskan buat bunuh diri, the simplest way to let it go!

Beruntungnya Violet bertemu Finch yang membantu menyelematkannya. Tapi sayangnya Finch ngga terselamatkan karena dia terlanjur tenggelam dalam perasaan dan pikirannya sendiri. Dia sudah mati jauh hari sebelum dirinya benar-benar mati.

Novel ini kemas cerita berlatar belakang mental disorder dengan cara yang unik, berbalut cerita cinta yang manis yang jauh dari gombal-gombalan, ditambah cerita tentang perjalanan "wandering Indianapolis dan sekitarnya" bikin pengen buka halaman selanjutnya. It is kind of smart way to write the story!

Akhir kata, don't close the door, open your self so that they can safe you if you can't safe by yourself!

Selamat Hari Minggu
All of us has our own bright places

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts