Random Talk #27

3:36 PM

Keputuasan saya untuk ikut kegiatan volunteer ke filipina ini salah satunya didukung faktor internal berjudul kegalauan hati. Banyak hal yang membuat hati ini ga karuan bentuk dan rasanya. Saking sensitif tehadap rasa, dia bisa mengembang dan mengempis dengan jeda yang sangat pendek.

Ada beberapa hal yang terjadi sebelum saya berangkat ke filipina dan kejadian itu membuat saya yakin bahwa memang keberangkatan ini adalah caraNya buat saya untuk belajar. Belajar apa? Belum tahu, akan saya beri tahu selepas pulang dari Filipina.

Bos saya resign. Itu salah satu hal yang terjadi di Minggu- Minggu terakhir sebelum saya berangkat ke negeri yang ternyata penduduk lokalnya punya kemiripan wajah dengan Indonesia. Kaget? Pasti! Kehilangan? Pasti! Terlebih chemistry dengan dia sudah sangat terbentuk sehingga saya anggap dia seperti kakak sendiri, banyak hal yang saya pelajari darinya dan juga banyak masukan yang saya terima darinya. Pengen dia ga resign? Punya kuasa apa saya nahan-nahan orang menyongsong masa depan yang lebih baik?

"Gue mungkin punya peluang gagal dan salah ambil keputusan, tapi itu bukan hal yang harus gue takutkan sekarang. Gue akan lebih nyesel kalo ga keluar dan ga nyoba kesempatan itu..!", kalimat itu disampaikannya beberapa kali di meeting tim.

Wish all the best, cuma doa itu yang bisa saya sampaikan kepadanya.

Terus gimana dengan saya?
Dia sempat bertanya hal itu dan saya jawab, "gue ga tau ke depannya gimana, yang jelas saat ini jalanin kerjaan ini dulu aja.."
Saat saya cerita kepada ibu bahwa bos resign, dia cuma bilang, "kamu mah perempuan, diem aja di sana dan cari suami!"
Damn jedar! Saya mengerti sekali impian terbesar ibu saya setelah saya kuliah dan bisa mandiri adalah mempunyai keluarga sendiri. Bukan karena dia tidak ingin melihat saya berlama-lama males-malesan di rumah, hanya saja memang hidup seperti itu yang dia bayangkan. Ingin sekali saya bilang, "saya sudah mulai jenuh dan tidak nyaman, ingin resign juga!", tapi yakin hal itu akan menjadi pengusik hatinya. Untuk saat ini, saya akan nurut dulu sama apa yang ibu saya inginkan.

Banyak spekulasi yang dipikirkan mengenai keputusan resign bos saya yang efeknya merambat pada tim kami, saya, dan dua orang teman saya..  spekulasi terburuk pun sudah disampaikan, dan sempat membuat hati saya kacau balau. Tapi pada akhirnya, kita hanya wayang dari segala cerita ini, tugas kita hanya menjalankan peran. Namun bukan berarti kita mengabaikan pikir dan rasa kan? Wish all the best untuk kami semua

Hal lain yang terjadi sebelum keberangkatan saya ini adalah ucapan atau wejangan dari bos saya yang lagi-lagi terasa sangat dalam, menyentuh hati saya sangat dalam dan membuat saya sukses nangis berkali-kali setiap mengingatnya. Dia memberikan wejangan mengenai diri saya saat ini, kapabilitas yang berkorelasi dengan sifat dominan yang menurutnya harus di manage dengan baik demi mendapatkan cita-cita mulia - menemukan Mr.Right

No denial. Saya menerima semua wejangan dan penilaiannya kepada diri saya. Berdoa semoga semuanya baik-baik saja.

Percakapan panjang terjadi dengan sahabat saya di kantor membahas hal ini dan berujung pada - you need to fix what happen in the past that created you right now!

Kita ga pernah minta hidup seperti ini. Tapi Allah kasih hidup seperti ini. Dan sesuai dengan apa yang dituliskanNya di Al-Qur'an, semua yang dia ciptakan ga akan ada yang sia-sia. Dan saya dengan keterbatasan ilmu yakin, semua ini ada maksudnya. Lama saya berpikir, kita hidup seperti ini sedikit banyak terkait dengan apa yang telah terjadi di masa lalu, itulah kenapa kita perlu berdamai dengan masa lalu.

Untuk cinta dan cita
Biarkan Allah yang menuntun langkah-langkah ini
Lepaskan dan bebaskan
Karena kita ga pernah punya apa-apa

Cebu City
30 Agustus 2014

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts