Random Talk - Satu Cerita

6:46 AM

Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi seorang teman yang baru saja melahirkan. Kami bukan teman yang cukup akrab dulu semasa sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia membuat kami bisa menjadi teman sharing yang baik. Hidup itu penuh kejutan ya salah satunya ya ini, mendekatkan yang jauh, dan ngga jarang juga bisa menjauhkan yang dekat #eh curhat colongan.

Singkat cerita teman saya ini bercerita bahwa bayinya harus dilahirkan secara prematur 7 bulan 2 minggu. Saya mendengarkan dengan baik ceritanya tentang alasan mengapa bayinya perlu dilahirkan secara prematur.

At some point saya merasa simpati dengan apa yang dialaminya namun di sisi lain saya merasa bangga dengannya. Kenapa? Karena pada saat ia menceritakan apa yang terjadi padanya dan anaknya sehingga skenario melahirkan jadi jauh seperti yang telah dipersiapkan diawal, ada keteguhan dan keyakinan dalam hatinya bahwa semua ini adalah jalan terbaik dariNya untuk ia dan keluarga. Betapa ia bisa terus bertahan dan semangat untuk memberikan yang terbaik untuk bayinya ditengah kondisi yang ada, tiap hari bolak-balik ke rumah sakit untuk menengok anaknya yang masih dirawat intensif di rumah sakit untuk memberikan asi.

Saya belum menikah dan belum punya anak pastinya tapi bisa merasakan betapa lelah, khawatir, harap itu bercampur aduk. Saya bangga dengan teman saya ini, ia begitu tangguh, tidak larut dalam kesedihan kondisi yang ada, terus bergerak maju, berusaha melakukan yang terbaik dalam menjalani skenario hidup yang diberikanNya.

Ada satu momen dimana ia bilang, "Din, ada orang yang nikah lama belum punya anak dan berobat mahal tapi belum juga dikaruniai anak. Ada juga yang baru nikah tapi langsung punya anak tanpa ada masalah apa-apa saat lahir, tapi diberikan keistimewaan lain yang perlu pengawasan lebih. Ada juga yang kayak gw, dikaruniai anak tapi harus lewat jalan ini untuk bisa bertemu buah hati. Ada juga yang lancar-lancar aja tanpa hambatan apapun. Satu keyakinan gw, apapun jalannya, itu pasti yang terbaik dariNya", betapa pengalaman telah memberikan ia satu kebijaksanaan dalam melihat segala sesuatunya. At the moment ia bilang begitu, hati saya merasa nyess lagi dan spontan menambahkan, "yah sama kayak gw yah ibaratnya, harus lewat jalan kayak gini dulu buat ketemu imam masa depan", dan kami pun tertawa.

Pada akhirnya, yang bisa dilakukan adalah menerima dengan penerimaan yang baik (sabar dan ikhlas meski ikhlas ini sangat abstrak bentuknya), untuk kemudian kembali melanjutkan hidup sebagai bentuk syukur atas segala kesempatan yang diberikanNya. Buat saya pribadi menjadi perempuan tangguh bukan cuma tentang bisa melakukan ini itunya dengan mandiri tapi bisa segera menentukan arah hati dan mengambil sikap atas setiap hal yang terjadi. Menerima dan move on adalah salah satu bagian darinya.

Selamat Hari Kamis
Random talk yang dibuat untuk kejar deadline artikel yang temanya tentang perempuan tangguh :)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts