Welcoming 28 years old, and somekind of Insecure Feeling

4:51 AM

Akhirnya tiba juga masa dimana gue dikejar-kejar target untuk menikah. Maksudnya, Din?

Jadi gini sodara-sodara sekalian. Tahun 2016 ini, di bulan Juli nanti, secara KTP umur gue genap 28 tahun, 2 tahun lagi sebelum umur 30 tahun (nenek2 pikun juga tahu kali Din!). Okeh, nenek2 pikun juga memang tahu kalau setelah umur 28, adalah 29 dan 30, tapi apakah mereka sadar bahwa 2 tahun sebelum memasuki kepala tiga merupakan masa-masa kritis buat seorang perempuan? Masa kritis untuk menikah maksudnya.

Pertanyaannya adalah, emang ada aturan gitu kalau umur 28 tahun harus sudah menikah? Tentu tidak! Tapi lingkungan secara tidak langsung menstigmakan hal tersebut. Memasuki umur2 seperti gue ini sudah kritis untuk segera menikah, huhu. Masalahnya ga akan rumit kalau seandainya mencari pasangan itu semudah membalikan telapak tangan. Kalau begitu adanya, mungkin setiap hari bakal ada undangan nikah masuk ke rumah, tapi nyatanya undangan nikah masuk di musim-musim tertentu saja, dan bulan Januari ini udah mulai musim nikah lagi. 😂

To be honest, gue merasa insecure dengan keadaan ini. Perasaan insecure ini semakin menjadi tatkala adik laki-laki yang beda umurnya hanya satu tahun sudah menunjukan gejala-gejala ingin menikah. Dari hati terdalam, gue sebenernya kasihan juga sama dia, harus rela bersabar menunggu gue menikah terlebih dulu sebelum akhirnya dia menikah. Apa ada larangannya dia menikah duluan? Ngga ada! Namun lagi-lagi lingkungan membuat stigma seperti itu. Tidak baik anak perempuan dilangkah oleh anak laki-laki. Lalu kalau udah begini, gue harus bagaimana?

Duh maapkan, tulisan kali ini isinya curhatan acak yang entah kenapa harus dipublish juga 😢

Lanjut lagi, perasaan insecure ini juga semakin menjadi tatkala nyokap sudah mengeluarkan SK, "Teh jangan sampai lewat tahun ini ya", yang gue jawab dengan udara kosong dari mulut alias menghela nafas. Dalam hati gue pun cuma bisa berdoa, semoga Allah SWT mengabulkan doa mama tersebut, amin.

Masih ada lagi yang buat insecure?
Masih! Lingkungan. Keluarga besar. Teman-teman seperjuangan yang semakin lama semakin berkurang yang masih sendirian. Huhu.

Sejujurnya, gue merindukan momen itu. Momen di mana akad nikah dilantunkan, dan nama gue disebutkan sebagai mempelai yang dinikahkan. Tapi gue kembali bertanya-tanya dalam hati, gue harus apa? I'm totally no clue for this one!

Sampai akhirnya, gue pun mati rasa. Gue bingung dengan apa yang gue rasa. Apakah memang benar-benar ingin menikah karena betul-betul sudah berniat untuk menikah atau karena deraan perasaan insecure yang semakin membabi buta 😐. Gue terus bertanya dan terus menyakinkan diri sendiri tentang arah yang gue cari ini.

Dan salah seorang teman pun akhirnya bertanya, "Skrg dah yakin din?" Yang hanya bisa gue jawab dengan, "Gue ngga tau 🙈", yang memang sungguh-sungguh gue ga tau apa yang sebenarnya ada dalam hati, perasaan ingin, yakin, dan insecure bercampur aduk membuat gue bingung sendiri.

Sahabat yang satu ini akhirnya bilang lagi," Kalau lo sudah siap semuanya, insya Allah jalannya akan mudah, Din. Allah mengikuti prasangka hambaNya. Yang harus kita lawan dan paling berat adalah diri sendiri. Diri kita sendiri adalah semesta yang lebih besar dari semesta yang selama ini kita ketahui. Jadi lawan dulu keraguan! Kalau lo sudah bisa mengalahkan keraguan itu, saat itu lah lo yakin. Berserah diri adalah tingkat keyakinan yang tertinggi. Karena kita yakin bahwa Allah akan memberikan yg terbaik. Bahwa yg dipilihkan Allah adalah yg terbaik untuk kita dan keluarga kita".

...

Kemudian hening

...

Dalam keadaan insecure ini, gue merasa bersyukur masih dikelilingi orang-orang baik yang terus mentransfer energi positif.

Tanpa sadar selama ini, banyak hal yang gue lupakan. Lupa selupa-lupanya lupa dan mungkin khilaf inilah muara dari segala perkara. Dan dari sinilah semua harus dimulai, ditata ulang. Tanya hati. Refleksi diri. Kemudian berserah pada takdir Ilahi Rabbi.

Ada kalanya gu sebagai manusia memaksakan diri semaksa-maksanya, bahkan kondisi ini yang bikin gue cemas luar biasa akan apa yang terjadi esok hari. Tanpa sadar kita (okeh gue maksudnya) seperti membuat aturan sendiri, membuat skenario sendiri, khawatir sendiri, padahal yang harus dilakuin cuma berserah diri, melakukan usaha terbaik, kemudian berdoa lalu pasrahkan semuanya kembali kepadaNya.

Ya Rabbi, tunjukanlah hambaMu ini jalan yang lurus, sebagaimana Engkau menunjukan jalan lurus kepada orang-orang beriman sebelum hamba. Amin.

Terima kasih buat para sahabat yang tak pernah berhenti mendoakan dan mentransfer energi positifnya. Semoga kalian semua selalu berada dalam cintaNya, Amin.

12/366 days
Still counting
Dan berdoa tiada henti semoga diberikan cahaya hati, yang membawa ketenangan dalam hidup ini
Amin

12 Januari 2016

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts