Ini Cerita Tentang Kara - Part 1

8:39 AM



Ini cerita tentang Kara

Kara, gadis itu berdiri di depan cermin ukuran seluruh tubuh yang memantulkan bayangan dirinya dengan sempurna. Bayangan yang terlalu sempurna bahkan, yang membuat Kara memutar berulang kali mencari sisi tubuhnya yang tidak digelayuti lemak. Sayangnya, putaran demi putaran yang dilakukan Kara justru membuatnya semakin stress. Tanya kenapa? Karena semakin dia berputar, semakin dia menemukan kenyataan bahwa hampir seluruh tubuhnya digelayuti lemak. Bencana besar untuk Kara.

Kara menggigit bibir bagian bawah, matanya menyipit berharap dengan menyipitkan mata dapat membuat gumpalan lemak diperutnya ikut menyipit.

Gadis itu menghela nafas panjang, mata bulatnya kembali ke ukuran normal. "Percuma saja menyipitkan mata, perut gue tetap gembyor, tangan bagian atas masih mirip samsak tinju, dan pipi gue, ya ampunnn..!!! Pipi gue semakin mirip bakpau...", batin Kara mengomel panjang lebar.  Dia kembali membuang nafas panjang, mengalirkan kekecewaannya akan kenyataan "tubuh besar" ke udara, berharap pelepasannya itu mampu meringankan sedikit gundukan beban di hati (dan mungkin juga di badannya).

Hari ini tepat dua hari sebelum pernikahan Sisil. Buat Kara, Sisil adalah sahabat terbaik sepanjang masanya. Delapan tahun bersama, membuat keduanya seperti anak kembar siam yang ga bisa dipisahkan. Dimana ada Sisil, di situ ada Kara.

Buat Sisil, pernikahannya Sabtu besok menjadi gerbang hidup baru yang mungkin rasanya berbeda. Buat Kara, pernikahan Sisil itu menjadi momen besar yang akan mempertemukannya kembali dengan dia, seseorang yang Kara bilang tidak boleh disebut namanya.

* dua hari yang lalu

"Dia beneran lo undang, Sil? Kenapaaaa..!!!", lengkingan suara Kara membuat Sisil menjauhkan handset dari telinganya. Pengang..

"Dia itu temen laki gue, Ra, ya jadi diundang deh, maap yahh..", suara Sisil dibuat selembut mungkin, menggambarkan penyesalan terdalam akibat diundangnya "dia" oleh sang calon suami ke pernikahan mereka nanti. Apa mau di kata. Acara besok bukan punya Kara, she is just a guess, pendamping pengantin wanita. Dan dia? Dia juga tamu, tamunya Rian, calon suaminya Sisil. That's it..

"Cuma sekedar "that's it"..? Pengennya seperti itu. Masalahnya ini lebih dari sekedar "that's it", Sil..! Saat kita dipertemukan kembali dengan seseorang dari masa lalu yang sedikit banyak mempengaruhi perubahan besar dalam diri kita di masa depan, tepat sehari setelah seseorang itu pergi begitu saja tanpa sedikit pun mencoba mengerti perasaan orang-orang yang terkait dalam jaring hidupnya, gue pertegas, "sedikit pun..".. Pertemuan besok bukan cuma sekedar pendamping pengantin wanita yang bertemu dengan tamu pengantin pria, pertemuan besok.. Arghhh, komplikasi rasa..", panjang lebar Kara nyerocos di telepon, tepat di saat Sisil cerita kalau "dia" diundang. 

Berita itu  mengubah dunia khayal Kara tentang pernikahan ideal sahabatnya itu, dimana dia sebagai pendamping pengantin wanita akan setia mendampingi sisil, menyapa para tamu dengan senyum paling menawan, berbalut busana sederhana namun elegan, tanpa memperdulikan ukuran tubuhnya yang semakin membesar. Kara yakin, ukuran tubuhnya itu tidak akan mengurangi sedikitpun kecantikannya. "Cantik itu bukan cuma urusan badan langsing aja, cantik itu apa yang tertanam dalam hati..," Ceracau Kara, yang membuat Sisil sahabatnya tertawa geli melihat tingkah Kara yang memang terlihat semakin menggemaskan. "Sepakattt... Big is beautifull..?", sisil menggoda Kara. "Yes, big is beautiful...!". Namun keyakinan Kara meluntur seketika saat tahu seseorang dari masa lalunya itu akan hadir di pesta Sisil plus pasangannya.

"Ketemu mantan calon suami dengan pasangannya di saat tubuh lo ga dalam kondisi prima itu bener2 aib..aib, Silll...!!!"

"Kara sayang, kan lo sendiri yang bilang, ukuran tubuh lo itu ga akan mengurangi sedikit pun kecantikan lo.. Masih inget kata-kata sakti itu, Ra?"

"Iya, sil, gue inget banget.. Tapi kata-kata itu berlaku kalau gue ga ketemu "dia" plus pasangannya yang baru, yang katanya supercantik dan langsing itu, sil.."

"Heiii, kemana Kara yang gue kenal? It's ok, ra.. Percaya sama gue kalau semua akan baik-baik aja.."

"Ya, semoga semua akan baik-baik aja, Sil.."

***

Kara kembali memutar tubuhnya, bayangan tubuhnya kembali hadir di cermin. Kembali hadir pula gelayutan lemak yang masih sama seperti satu jam sebelumnya. "Arghhhh...!!", kara menjatuhkan tubuhnya ke kasur, berteriak sekencang mungkin, tanpa ada seorang pun yang tahu, karena teriakannya menghilang, diredam dua bantal, 1 guling, plus selimut super tebal. Dan ingatan Kara secara spontan dibawa mundur ke dua tahun silam, masa-masa kegelapan dalam dunia percintaan Kara.

To be continued


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts