Meneruskan Kesempatan di Hari Inspirasi

4:26 AM

Segala sesuatu yang datangnya dari hati, akan sampai ke hati – anonim

***

Si Ular Listrik bergerak menjauhi peron keberangkatan Stasiun Bandung, membelah hari yang masih gelap. Lengkingannya begitu kuat, memonopoli hiruk-pikuk yang ada. Saya dan kelima rekan relawan yang beruntung pagi itu karena tidak ketinggalan kereta pertama menuju Padalarang, sedikit berteriak ketika ngobrol. Untungnya di gerbong ini hanya ada kami dan seorang nenek yang sepertinya acuh dengan percakapan yang “seru” sendiri itu.

Ini pertama kalinya saya bertemu langsung dengan para relawan pengajar & foto, sebelumnya kami hanya terhubung lewat gelombang. Wajah mereka saya kenali dari foto yang dipajang sebagai profile picture, selebihnya seperti suara, gesture, ekspresi wajah, baru hari itu saya lihat secara langsung. Kesan pertama bertemu mereka? Salut, luar biasa! Di tengah kesibukan masing-masing, baik itu urusan pekerjaan, pendidikan, dan juga urusan keluarga, mereka masih mau “menyisihkan” waktu untuk pergi pagi-pagi buta meninggalkan segala urusannya tersebut untuk berbagi pengalaman. Wajah mereka seperti dipenuhi tulisan, “Gue ngga mau kelewatan satu detik pun momen berbagi di hari ini!”. All out, kata yang merangkum beragam ekspresi yang saya lihat pagi itu.

Sesampainya di Sekolah, sudah ada rekan relawan lain dan juga pendamping kece (read : titipan sponsor) yang hadir duluan. Beberapa dari kami memilih sarapan dan beberapa lainnya mulai beres-beres atribut, memasang spanduk, koordinasi dengan pihak sekolah untuk urusan sound system, dan final checking properti mengajar. Jam 7 tepat, acara pembukaan di mulai. Kebetulan saya hari ini bertugas sebagai juru foto, jadi lebih banyak melihat, mendengar, dan merasakan #tsah.

Kenapa ngga memilih menjadi relawan pengajar, Din?

Ada berbagai alasan yang membuat saya tahun ini memilih tidak menjadi relawan pengajar, dan salah satunya adalah saya masih “galau” dengan apa yang saya kerjakan saat ini. Saya masih merasa pekerjaan yang saya lakukan belum lah sesuatu yang datangnya dari hati, masih sesuatu yang saya lakukan karena ini adalah bagian dari realita hidup yang harus dijalani. Secara pribadi saya merasa, sebelum kita berbagi dengan orang lain, sepatutnya kita bisa menjiwai apa yang kita kerjakan.  Kenapa begitu? Karena energinya akan terasa berbeda. Saat kita membagi pengalaman atas sesuatu yang diberi “nyawa”, maka ada spirit yang tanpa disadari ter-transfer kepada mereka yang mendengarkan pengalaman tersebut. Rasanya akan sampai ke hati mereka semua dan semangatnya akan terasa beda. Karena tidak ingin setengah hati, maka saya memilih menjadi relawan foto. Dengan begitu saya masih bisa terlibat di kegiatan yang sejujurnya membuat saya iri kepada anak-anak SD itu. Iri kenapa? Kalau saja kegiatan ini sudah ada sejak saya SD dulu, mungkin hari ini ceritanya beda, hehe *malah curhat

Well, back to school!

Beragam ekspresi saya tangkap, shutter tidak berhenti berbunyi. Lensa bekerja keras menangkap cahaya agar dapat merekam momen dengan sempurna. Atas bawah depan belakang, naik turun, bukan aksi biasa. Tidak ingin melewatkan momen! Dan jujur saya terpana. Sering saya diam di salah satu sudut kelas memperhatikan jalannya sharing, lalu senyum-senyum sendiri.  

Beragam profesi di perkenalkan hari itu dengan cara yang unik, menghadirkan gelak tawa dan antusias di wajah para siswa. Hari itu, rangkaian cerita terekam dalam ingatan adik-adik SD Curug Agung, dan saya yakin, momen ini punya makna tersendiri bagi kehidupan mereka nantinya.

Asisten dosen
Guru
Dokter gigi
Dokter umum
Konsultan transportasi
Designer
Ahli geologi
Insinyur kelautan
Network engineer
Penyiar radio
Konsultan online
Ahli adminsistrasi

Masuk ke dalam kamus “profesi” yang mungkin sebelumnya hanya satu dua saja yang sudah mereka ketahui.

Lalu apa?

Lalu kalau kita bertanya satu-satu kepada para siswa tentang “Maju jadi apa” mereka nanti, profesi seperti apa yang mereka ingin lakukan di masa depan, maka akan muncul jawaban beragam yang tidak lagi hanya (a) atau (b) saja, tapi a sampai z, dan disitulah sebenarnya cikal-bakal generasi penerus yang Insya Allah akan menjadi sama hebatnya dengan kakak-kakak Inspirator, telah dimulai.

Saya teringat dengan apa yang disampaikan teh Adenita dalam salah satu Novelnya, 23 Episentrum, “"Obat untuk menghilangkan kehampaan hati adalah memberi dengan kualitas dan meneruskan kesempatan...!!"

Menurut saya pribadi, menjadi bagian dari Kelas Inspirasi, adalah salah satu bentuk dari memberi dengan kualitas dan meneruskan kesempatan. Bukanlah “materi” yang diberikan, namun sebuah pengalaman yang merupakan kumpulan dari perjalanan mata, hari, dan hati dari setiap inspirator. Dan saya yakin apa yang mereka sampaikan, akan sampai ke hati dan memberi inspirasi anak-anak ketika mereka bangun di pagi esok hari.

Sampai jumpa di Hari Inspirasi berikutnya :)

Note :
Obat untuk menghilangkan kehampaan hati adalah memberi dengan kualitas dan meneruskan kesempatan dan perjalanan mata, hari, dan hati – dikutip dari Novel 23 Episentrum karya Adenita

The Inspirator






You Might Also Like

1 comments

Popular Posts