A Half-Day Sharing Session with Teguh Sudarisman, Travel Writing & Photography

6:13 AM

“Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” - Quote of the day

***

“Pagi Dini, nanti sampai The East langsung naik ke lantai 15 aja yah, keluar lift belok kiri, ruangan paling pojok, thanks!”,  pesan singkat yang saya terima dari Mba Ulil tepat di saat Commuter Jabodetabek yang saya naiki dari Depok berhenti di Stasiun Tebet. Saat itu masih jam setengah Sembilan pagi. Stasiun Tebet tidak terlalu ramai, maklum hari libur. Commuter Line Jabodetabek sama sekali tidak penuh, bahkan saya dapat duduk dari Depok, tidak ada cerita sikut menyikut atau dorong mendorong, semuanya teratur! Transportasi massal yang bisa mengangkut lebih dari 500 orang di setiap keberangkatan ini terasa nyamannya, hehe. Begitu pun dengan suasana di Stasiun Tebet, lengang, tidak ada antrian di gate in ataupun gate out. Alangkah senangnya jika suasana seperti hari ini bisa berulang di hari kerja besok :)  #ngarep

Jakarta pagi itu cerah ceria, mataharinya terasa hangat di kulit. Biasanya jam-jam segini di hari libur saya sedang olahraga di rumah, entah skipping, entah jogging, atau sekedar leyeh-leyeh di depan tivi, ngga produktif. Tapi hari ini beda! Jam setengah Sembilan hari ini saya sedang duduk manis dibonceng abang gojek menuju gedung The East yang ada di daerah Mega Kuningan untuk ikut seminar singkat menulis perjalanan atau istilah kerennya travel writing. Gratis! Yes, Gratis! :)*girang, haha

Berbekal petunjuk mba ulil, saya naik lift ke lantai 15 Gedung The East, belok kiri menuju ruangan paling pojok di  lantai tersebut. Perasaan saya agak sedikit gugup. Sejujurnya saya tidak terlalu aktif di komunitas KKAB yang memberi kesempatan ikut seminar ini, dan efeknya adalah tidak terlalu banyak orang yang saya kenal di sana. Welcome to the non-comfort zone, yang bakal bikin saya kikuk di menit-menit pertama. Beruntung di sana saya bertemu Ka Widya, yang juga bos saya di kantor, dan Mba Ulil yang menyapa ramah ketika saya nyelonong masuk begitu aja ke dalam ruangan padahal di depan pintu ada meja registrasi segede gaban *efek gugup jadi ga keliatan itu meja registrasi :)

Di dalam ruangan training kurang lebih ada 10 orang yang telah hadir duluan, sebagian dari mereka berasal dari komunitas Menikmati Indonesia, KKAB (Komunitas Kami Anak Bangsa), KBSI (Komunitas Belajar), britzone dan freelance blogger. Gugupnya makin jadi! Sejujurnya lagi saya bukan orang yang bisa langsung terlibat dalam small talk dengan orang yang baru saya kenal. Butuh chemistry untuk membuat rasa nyaman itu hadir, hehe. Jadi bisa ditebak dong di menit-menit awal saya ngapain? Ya, senyam-senyum SKSD sambil ikut ngedengerin pembicaraan yang ada tanpa kasih komentar, hahaha. Beruntung, beberapa menit kemudian acara seminar di mulai, jadi kikuk dan gugupnya langsung menguap digantikan antusias terhadap materi seminar. Yeay!

Well, seminar menulis perjalanan kali ini dibawakan oleh Mas Teguh Sudarisman. Saya baru tahu nama beliau beberapa hari yang lalu (dari grup KKAB), dan baru membaca tulisan-tulisannya di blog www.tgifmag.com kemarin. Mas Tegus adalah seorang travel writer yang artikelnya sudah banyak beredar di majalah-majalah travel seperti, Majalah Garuda, Lion, Batik, Cita Cinta, dan sederet majalah lain yang saya ngga ingat karena terlalu banyak. Beliau juga merupakan editor in chief di majalah Inflight yang juga masih bertemakan perjalanan.

Mas Teguh, kami memanggilnya, sudah sering diundang oleh tourism board untuk memberikan review tentang hotel, restoran, airlines, dan tentunya spot wisata itu sendiri. Apakah Mas Teguh ini background-nya seorang jurnalis atau fotografer seperti kebanyakan penulis perjalanan lainnya? Ngga loh! Mas Teguh merupakan seorang sarjana Teknik Kimia lulusan Undip yang berbelok arah sejak awal kelulusan dari Teknik Kimia Undip. Kok bisa? Yahhh bisa aja, saat seseorang sudah tahu apa yang membuatnya bahagia, maka sudah seharusnya diperjuangkan, kan? *Noted to my self

Seminar pagi itu diawali dengan definisi dasar, apasih travel writer itu? Apa bedanya dengan traveler biasa ataupun turis? Apa Din emang bedanya? Sejauh yang bisa saya inget (karena saya terlalu antusias jadi lupa buat nyatet), travel writer itu seseorang yang melakukan perjalanan untuk menemukan – discovery, kemudian membagikan hasil penemuan itu kepada orang lain, dalam bentuk tulisan dan foto. Yang membedakan travel writer dengan traveler biasa adalah ada semangat untuk berbagi rasa atas perjalanan atau penemuan dari perjalanan yang dia lakukan. Lewat tulisannya, secara tidak langsung promosi atas tempat wisata, hotel, restoran, ataupun airlines, baru saja dilakukan.

Banyak peserta seminar yang bertanya, “Bagaimana memulai menjadi seorang travel writer yang bisa diundang oleh tourism board untuk jalan-jalan gratis, sedangkan kita saat ini bukanlah siapa-siapa?”

A journey of a thousand miles begin with a single step”, begitu kata Lou Tzu. Lantas a single step untuk menjadi seorang travel writer itu apa? “Melakukan perjalanan dan membagikan pengalaman atas perjalanan itu”, kurang lebih itu yang saya tangkap dari penjelasan panjang Mas Teguh.

Berawal dari perjalanan singkat di sekitar kota tempat tinggal, berbekal semangat memotret dengan alat dokumentasi sederhana seperti smartphone atau kamera digital pocket, mempunyai akun blog tidak berbayar untuk posting tulisan, sudah cukup untuk mengawali perjalanan menjadi seorang travel writer. “Membangun portfolio, mengirimkan tulisan ke media cetak, “mempromosikan diri” kepada hotel/tourism board untuk melakukan review”, adalah langkah lanjutan menjadi seorang travel writer.

“Punya imajinasi, itu modal seorang travel writer”, kata Mas Teguh. Ga peduli sesederhana apa alat yang kita punya, jika imajinasi itu ada maka sebuah karya bisa dihasilkan.Sepakat!

Ada banyak hal yang di-share Mas Teguh di Seminar tersebut. Bagaimana mengambil sebuah momen yang menarik, menangkap ekspresi dari objek foto, menunjukan komposisi foto landscape yang indah, yang ternyata bukan hanya diambil dari kamera professional tapi juga dari kamera sederhana seperti kamera smartphone dan kamera saku.

Begitupun dengan tulisan, bagaimana membuat sebuah tulisan perjalanan yang memasukan “rasa” atas pengalaman perjalanan yang dilakukan, membuat sebuah first line yang menarik, menentukan sebuah judul, dan bagaimana memproduksi banyak tulisan dari sebuah perjalanan ke suatu tempat.
Kurang lebih itulah yang dibagikan oleh Mas Teguh dalam seminar singkat hari ini, yang entah kenapa meletupkan kembali bara-bara api dalam hati untuk mulai produktif menulis lagi. #tsah!
Note : Karena lupa nyatet, jadi ngga bisa share detail presentasinya, hehe

Ada satu hal yang cukup membuat saya senyum-senyum sendiri ketika saya tanya soal blog traffic dan Mas Teguh bilang gini, “Waktu saya padat untuk nulis dan melakukan perjalanan jadi ngga cukup waktu untuk mikirin apakah blog traffic saya tinggi atau rendah. Prinsipnya adalah, menulis dan tulisan itu bermanfaat buat orang lain, sudah pasti akan punya ruang sendiri untuk maju”, kurang lebih begitu. 

Menulis dan tulisan itu bermanfaat untuk orang lain”. Jadi buat yang masih mikirin traffic blog-nya ngga naik-naik, coba dilurusin dulu niatnya, bukan gimana caranya membuat tulisan yang bikin traffic blog tinggi tapi gimana caranya bikin tulisan yang bermanfaat untuk orang lain *catet, Din!

Seluruh Peserta Seminar

Well hei, seminar hari itu sangat menyengkan meski berlangsung singkat. Satu hal yang Mas Teguh transfer ke kami semua peserta seminar tapi tidak ada satupun di bahan presentasi yang dia bawakan. Passion! Ya, tentang Passion yang bertemu dengan kesempatan, yang hasilnya? Luar biasa. Mas Teguh berhasil menemukan passion-nya dan "Hidup" dan berkembang dengannya :), salut!

Saat kita mengerjakan apa yang kita sukai, maka akan banyak karya yang bisa dihasilkan. Puasnya itu bukan cuma di sini (tunjuk dompet masing-masing), tapi yang terpenting adalah di dalam sana (tunjuk hati masing-masing).

Kenang-kenangan untuk Mas Teguh

Have a nice day!








You Might Also Like

0 comments

Popular Posts