Idul fitri :: Titik Nol

1:18 AM

Alhamdulilah, kami haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya sampai detik ini. Begitu banyak nikmat yang diberikanNya yang kadang mungkin terabaikan karena dominasi keluh kesah tiap harinya. Meski begitu, nikmatnya tidak pernah berhenti mengalir. Lalu, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Saat menulis ini, saya sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman alm. Ayah saya di Garut. Kota ini selalu punya tempat istimewa di hati. Selalu ada alasan untuk pulang ke sana meski Ayah sudah tidak lagi ada.

Idul Fitri kali ini berbeda.
Semakin bertambahnya usia, Idul Fitri lebih dari sekedar berlebaran, merayakan satu bulan puasa, makan-makanan enak yang menggendutkan, dan juga keriaan lainnya. Semakin bertambahnya usia, Idul Fitri maknanya menjadi lebih dari itu.

Idul fitri menjadi pengingat diri bahwa sudah sejauh ini diberi umur, akankah dipertemukan dengan ramadhan dan idul fitri tahun selanjutnya? Sudahkah beribadah dengan sebaik mungkin? Sudahkah berbuat baik dengan sesama? Sudahkah menjalin silaturahmi dengan keluarga, saudara, dan sahabat? Akankah hidup kita di tahun selanjutnya (jika masih ada umur) tetap sama seperti hari ini, akankah lebih baik? Dan serentet pertanyaan yang merefleksi ke diri sendiri.

Idul fitri menjadi titik nol kita sebagai manusia, mengingatkan kembali bahwa kita tidak punya apa-apa. Bahkan nafas ini bisa begitu saja dihilangkan lalu kita menjadi tidak bernyawa.

Idul fitri menjadi titik balik bagi kami untuk bersyukur atas nikmat yang tiada henti mengalir. Melihat mereka yang sesaat setelah sholat ied berpacu kembali dengan pekerjaan, melihat mereka yang kembali berjualan demi hidupnya, melihat mereka yang tetap berada di jalan untuk hidup di detik selanjutnya, membuat kita berpikir tidak ada alasan untuk tidak bersyukur. Kadang kita lupa dengan yang apa yang diberikan pada kita. Pekerjaan yang baik, setidaknya pekerjaan tersebut memberi kita ruang untuk bersilaturahmi di hari yang fitri ini, pekerjaan yang membuat kita lebih dihargai orang lain, pekerjaan yang tidak perlu berada di jalan.

Idul fitri juga mengingatkan bahwa kita semua benar-benar tidak punya apa-apa yang akan ditinggalkan kecuali amal baik, ilmu bermanfaat, dan anak yang sholeh.

Idul fitri kali ini kami berempat pergi ke makam ayah untuk ziarah. Rasa rindu ini memuncak dan berakhir dengan air mata tanda rindu. Di makam kami diperlihatkan sebanyak apa manusia yang dipanggil pulang, yang kemudian hanya akan tinggal di sepetak tanah, ditemani cahaya iman yang dijaga selama hidup. Lantas kalau begitu, apa yang perlu dibanggakan atau disombongkan?

Idul fitri kali ini hati saya penuh.
Penuh haru, penuh malu karena keluh dan kesah yang banyak disampaikan sebelumnya, penuh rasa syukur karena kami berempat (saya, mama, adnan,fajar) masih bisa bersama, menikmati hari yang fitri bersama, dengan segala kebaikan yang ada. Dan tidak ada alasan untuk tidak bersyukur.

Selamat hari raya idul fitri
Semoga kita semua menjadi orang yang lebih bahagia, lebih bersyukur, dan menjadi lebih bermanfaat bagi sesama, terutama keluarga dan sahabat..

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts