UmpanBalik

7:24 AM

Kamis, 3.57pm

Banyak hal yang menurut kita sederhana tapi ternyata ga sesederhana itu untuk orang lain. Dan sebaliknya, ada hal yang menurut orang lain sederhana tapi ga begitu untuk kita. Tanya kenapa? Karena setiap kepala punya isi yang berbeda-beda. Berbesar hati dan menghargai perbedaan yang meskipun sulit dilaksanakan, setidaknya bisa menjadi pencegah terjadinya luka-luka invisible.  Semua orang juga udah tahu kali ya hal itu, jadi ga perlu ditulis ataupun dijelasin lagi. Well, heiiii sebenernya ini gue tuliskan hanya untuk jadi reminder buat diri pribadi.

Kamis berjalan aman lancar tanpa hambatan berarti seperti hari kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, minggu kemarin dan seterusnya sampai beberapa menit lalu gue ngobrol dengan supervisor. Setelah panjang lebar membahas kerjaan yang kelihatannya masih abstrak buat gue saat ini, dia menutup laptopnya dan berpindah topik. Gayanya yang santai bikin gue juga ikut santai.

“Din, kita ada feedback dari tim A  tentang kinerja kita. Ada yang positif dan ada yang negatif”, kurang lebih dia membuka pembicaraan seperti itu. Gue yang awalnya sedikit ga fokus, mendadak jadi fokus. Feedback itu jadi sesuatu yang penting untuk didengarkan, terlebih feedback negatif. Dia menjelaskan feedback yang dimaksud. Sesaat gue hanya tersenyum tidak berkomentar sampai setelah dia selesai gue berkomentar sedikit saja (dengan dibumbui sedikit bingung, sedikit gelisah, dan sedikit ga ngerti harus bersikap seperti apa atas feedback yang diberikan).

Feedback is a gift itu benar dan gue setuju banget dengan kalimat yang selalu didengungkan di kantor setiap training dilakukan. Meskipun berat untuk menerimanya, ya harus diterima (terserah mo ditelen terus dimuntahin lagi dan dilupakan, atau diterima, direnungi, dan dibenarkan). Dan gue sedang dalam proses belajar untuk menerima feedback itu dengan cara yang positif. Tapi ada hal yang menggangu gue dengan hal itu yang membuat konsentrasi gue ngeblur sedikit. Apakah itu?

Feedback akan terasa jauh lebih fair jika disampaikan one-on-one, langsung dari pihak yang merasa perlu memberi feedback kepada orang yang sedang dievaluasinya. Gampangnya, kalo supervisor sedang mengevaluasi, idealnya dia akan secara langsung memberi feedback kepada anak buahnya, ga lewat pihak kedua, ketiga, keempat, dst. Kenapa gue bilang lebih fair? Ya gitu, karena dua personal inilah yang tahu kondisi sebenarnya, sehingga saat proses pemberian feedback terjadi, akan lebih memudahkan untuk saling mengkoreksi dan ada kesempatan untuk memberi feedback balik atas feedback yang sebelumnya diberikan. Nah, kalau feedback disampaikan ke pihak kedua, ketiga, keempat, dst, feel nya mungkin sama, tapi kesempatan untuk bertukar pikiran yang ga dipunya, selain adanya kemungkinan subjektifitas dari orang pertama yang menerima feedback. Dan itulah yang terjadi saat ini, feedback yang diterima bukan langsung dari tim A ke tim gue (ke atasan) tapi tim A ke orang lain baru ke atasan gue. Karenanya konsentrasi jadi sedikit ngeblur. Kenapa coba ga disampaikan secara langsung?

Mungkin buat sebagian orang ga mudah untuk memberikan feedback secara langsung, jadi perlu perantara untuk itu. Dan juga sebaliknya, ada yang dengan mudah memberikan masukan secara blak-blakan ga peduli mau merah kayak apa tuh orang yang dikasih feedback. Beda-beda. Tapi, mau gimana lagi, adanya memang seperti itu dan poinnya adalah mau disampaikan lewat manapun feedback itu tetap harus dibenarkan bukan?

Yah, ini semua hanya coretan untuk mengembalikan konsentrasi yang tadi buyar. Sekarang konsentrasi sudah kembali normal, saatnya bekerja kembali.

Selamat hari ini J


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts