We named it Reality

7:54 AM

Kadang, dibutuhkan masukan/pandangan dari pihak kedua ketika bimbang menghantui diri dan segala prasangka membebani hati. Pandangan-pandangan yang terbebas dari yang namanya “melankoli hati”, pandangan-pandangan bebas yang bukan didasarkan pada perasaan semata, tetapi juga didasarkan pada logika berpikir yang kadang terlupakan karena diri sendiri disibukan oleh yang namanya kegamangan hati. Mungkin inilah satu alasan sederhana yang membuat manusia tidak bisa hidup sendiri. Makhluk-makhluk sosial yang secara lahir batin membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidupnya. Sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri, bahkan ketika ruh telah berpisah dengan jasad, manusia masih membutuhkan manusia lainnya untuk membenamkan diri ke liang kubur. Adakah yang masih berpikir untuk menjadi manusia soliter yang memisahkan diri dari yang namanya lingkungan?

Well, banyak hal yang membuat gamang hati beberapa hari belakangan ini. Kenyataan yang berseberangan jalan dengan harapan memang membuat kita terkejut-kejut menghadapinya. Untuk yang tidak siap, mungkin akan berdebam jatuh, memeluk bantal guling berhari-hari, menangisi nasib, kemudian hidup menjadi tidak menarik lagi untuk dijalani, depresi dan kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. Duh, sebegitunya yah kenyataan membuat down diri? Ya, sebegitunya.

Saat kenyataan itu terkuak dan tidak beriringan dengan harapan, rasa kecewa dan marah bergulung menjadi satu, seketika mengotori hati, membuatnya menjadi tidak bergairah lagi. Adakah hal lain yang lebih menyedihkan selain kenyataan yang tidak bersesuaian dengan harapan?

Saat-saat seperti itu, rasanya ingin pergi menyendiri. Menangisi nasib. Mengokohkan diri menjadi si pesakitan yang paling disakiti hidup. Membiarkan diri tergerus oleh prasangka negatif sendiri. Menjauh dari komunitas dengan dalih menenangkan diri. Adakah ketenangan yang bisa ditemukan dari sebuah pelarian?

Seorang teman mengingatkan, kenyataan yang terpampang jelas, yang terkuak saat ini, meskipun tidak beriringan dengan harapan, sebenarnya adalah kunci untuk melanjutkan hidup, kunci untuk membuka pintu-pintu lainnya yang akan menyampaikan kita pada akhir pencarian, menyampaikan kita pada kebahagiaan abadi, asalkan kita bersabar. Sudahkah bersabar?

Kembali dia mengingatkan, setelah kenyataan itu hadir, kita dihadapkan pada pilihan yang mengerucut menjadi dua saja, melanjutkan hidup atau melanjutkan mengurung diri untuk menangisi nasib? Dan belum ada yang dipilih dari keduanya. Perlu sedikit lagi waktu.

Jika hidup harus berputar, biarlah  berputar…
Akan ada harapan sekali lagi seperti dulu
Karna hidup harus berputar
Biarlah berputar, akan ada harapan sekali lagi seperti dulu… -SO7


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts