Random Talk #44

4:41 PM

22 Desember 2014

Hari ini, tidak ada yang spesial di rumah kami. Tidak seperti kebanyakan keluarga lain yang pasti hampir merayakan hari ibu (atau paling tidak mengucapkan selamat hari ibu), keluarga kami tidak pernah merayakan bahkan hanya sekedar ucapan selamat hari ibu juga tidak ada, hehehe. Tadi pagi saat saya siap-siap berangkat ke kantor, ibu saya cuma bilang, "sepupu kamu mau kasih kado tuh ke ibunya...", dan saya dengan polosnya bilang, "mama mau kado juga?", yang langsung disambut dengan jawaban," iya, mau kado menantu..!", jawaban yang langsung menohok hati plus bikin bingung jawabnya. Kalau sudah gitu, kalimat andalan yang keluar cuma," ya, didoain aja..."

Seandainya mencari soulmate itu semudah membalikan telapak tangan.. *stop berandai-andai

Well, di hari ibu ini, saya ingin menuliskan tentang ibu saya. Dia wanita terhebat yang pernah saya kenal selama 26 tahun. Ibu saya dilahirkan 49 tahun yang lalu di bulan Oktober, di  kota kecil yang ada di kaki gunung gede pangrango. Dia anak kolong, ayahnya (kakek saya) adalah seorang abri berpangkat kopral yang mempunyai tanggung jawab seperti jendral, dia selalu menempati pos-pos penting yang berbahaya selama bekerja, dan karena itu juga kakek saya memutuskan untuk pensiun muda.

Ibu anak pertama dari enam bersaudara. Sekolah tertinggi sampau jenjang SPG, sekolah pendidikan guru. Ibu pernah cerita dia hampir kuliah, tapi urung dilakukan. Satu alasan klasik yang sebenarnya bisa diperjuangkan. Biaya.

Lulus dari SPG ibu saya mengajar di sekolah dasar sampai akhirnya berhenti total karena harus mengurus saya dan adik saya yang waktu itu masih balita. Satu hal, dia mengurus kami berdua dengan tangannya sendiri. Satu prinsip hidupnya, kalau sudah berumah tangga, semua jadi tanggung jawab pribadi dan suami. Jangan pernah mengandalkan orangtua, saudara atau siapapun. Berpegangan tangan bersama pasangan dan hadapi semuanya bersama. Mungkin karena prinsip itulah, keluarga kami menjadi salah satu keluarga mandiri yang bisa dibilang minim bantuan dari keluarga lain. Senang susah ditanggung bersama. Dan mungkin karena alasan inilah, ibu menjadi sangat terpukul dan kehilangan ayah, partner hidup terbaiknya.

Masa-masa sulit di keluarga sudah tidak terhitung lagi. Ayah saya waktu itu hanya penyuluh lapangan di dinas pertanian yang tidak seberapa penghasilannya. Di potong ini itu, harus pintar-pintar mengatur keuangan. Ibu saya itu juaranya financial planner. Saya? Kalah telak! Waktu itu pekerjaan apapun dilakukan oleh ibu untuk membantu keuangan keluarga. Menjadi juru masak catering, berdagang, membantu keluarga tetangga memasak/menyetrika, apapun selama itu halal. Prinsipnya dia adalah, apapun akan dilakukan selama itu halal. Ga jarang kami mendapatkan pandangan sebelah mata dengan pekerjaan serabutan yang ibu saya lakukan. But who cares? Mementingkan rasa malu yang membuat keadaan kacau atau maju terus melanjutkan perjuangan?

Sampai akhirnya Allah memberikan pintu rezekinya dengan cara yang lebih baik kepada keluarga kami. Ibu saya yang basicnya seorang guru mendapatkan tawaran mengajar. Tawaran pertama hanya pemberi harapan palsu yang membuatnya sakit hati. Tawaran kedua adalah jodoh yang sesungguhnya. Ibu saya mengajar tk sejak adik saya duduk di kelas 2 sd sampai dengan hari ini. Melalui ngajar ibu pelan-pelan bisa mengubah pandangan orang-orang sekitar. Mereka yang tadinya menganggap ibu tidak berpendidikan, jadi malu sendiri. Bakat mengajar ibu membawanya ke kehidupan yang lebih baik. Pertemuan dengan orangtua murid yang melalui mereka rezeki itu datang, bahkan berlanjut kepada saya. Orangtua murid itu menjadi orangtua murid saya juga, saya mengajar privat anak-anak mereka sampai lulus sma.

Ibu saya itu orangnya keras, tapi lembut hatinya. Penuh perhitungan dan sangat mudah bergaul. Mudah juga dicintai oleh orang.

Banyak hal yang kami lalui bersama dan semuanya menjadi lebih baik. Saya dan ibu bukan orang yang suka mengumbar kata-kata sayang, bahkan ga pernah tuh ibu bilang sayang ke kami anak-anaknya. Pun kami juga sebaliknya. Tapi, lewat keseharian dan perhatian, kami sama-sama tahu betapa kami sangat saling menyayangi.

Semoga Allah senantiasa memeluk mimpi-mimpi mama
Menjaga mama
Dan mama selalu bahagia
Semoga satu mimpi mama, melihat saya menikah bisa dikabulkan oleh Allah SWT dalam waktu dekat
Selamat Hari Ibu ... 😊

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts