Beberapa hari lalu, saya
dikejutkan oleh postingan seorang teman di media sosial. Dia, orang yang saya
kira jauh dari kata rasis karena kegiatan sosial yang selama ini dilakukan, sukses
membuat saya kecewa dengan postingannya tersebut.
Dia memposting gambar yang enggan
saya tampilkan di sini. Caption yang
dia tuliskan di gambar tersebut adalah, “I
laughed more than I should at this terrorist joke :)”
Saat itu, saya ingin meninggalkan
jejak di timelinenya dengan kalimat
berikut, “Please, don’t laugh at this
kind of joke again, you may hurt others heart!”. Namun, keinginan itu
sebisa mungkin diredam, khawatir menimbulkan hal-hal yang belum bisa saya
antisipasi.
Apakah saya marah karena saya
seorang muslim ? Ya, saya marah karena saya seorang muslim, saya marah karena
dia menjadikan kalimat yang selama ini kita ucapkan di setiap sholat, menjadi
bahan bercandaan. Saya yakin, dia tidak mengerti apa yang dia tertawakan, dia
hanya ikut arus! Sudah seharusnya saya membela agama saya ketika direndahkan
atau dijadikan bahan ejekan. Bukankah kita diajarkan untuk saling menghormati
dan menghargai agama manapun? Bukankah sudah jelas dituliskan, “Untukku agamaku
dan untukmu agamamu!”. Ayat tersebut adalah bentuk toleransi Islam terhadap
agama lain, lantas kenapa mereka menjadikan kami bahan olok-olok? Lantas kenapa
saya diam saja saat itu? Alasannya karena saya tahu, mereka tidak mengerti apa
yang telah dilakukan dan bukan dengan kata-kata tajam kita meluruskan
ketidaktahuan tersebut.
Well, teman saya ini bukan orang
Indonesia, dia tinggal di negara di mana muslim menjadi minoritas. Apa yang ada
dalam pikiran mereka mungkin akibat pemberitaan media yang kurang bisa
dipertanggungjawabkan, menjadikan satu dua kelompok yang “menghancurkan”
sebagai generalisasi identitas muslim di manapun berada. Salah siapa? Salah media?
Saya tidak tahu harus menyalahkan siapa, dan saya rasa ini bukan saatnya
mengorek-ngorek kesalahan. Ini saatnya kita meluruskan dengan cara lembut dan
penuh kasih sayang seperti yang selama ini dicontohkan oleh junjungan kita
bersama.
Mereka tidak mengerti, mereka
tidak tahu.
Saya teringat cerita di buku
Hanum Salsabila Rais, dimana di sana dikisahkan seorang muslimah asal Turki
bernama Fatma. Dalam buku tersebut, diceritakan bagaimana sulitnya menjadi
seorang muslim di mana Islam menjadi minoritas. Diceritakan juga bagaimana Fatma
berjuang sebagai muslim selama ia tinggal di Wina. Dia tidak mencaci balik saat
dirinya dicaci karena dia seorang muslim. Dia pun tidak marah-marah saat
sekelompok orang bule menertawakan sejarah Islam di Turki. Lantas apakah dia
hanya diam saja? Tidak! Dia melakukan sesuatu, seperti yang dicontohkan oleh
Junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, memberikan sejuta kebaikan kepada orang yang
menertawakan, memberikan contoh nyata bahwa Islam adalah agama yang penuh cinta
kasih, bukan penuh kekerasan.
“Menjadi Agen Muslim yang baik di tanah
Eropa”, begitulah misinya selama tinggal di Wina. Yas, menurutnya bukan saatnya
lagi menyebarkan Islam dengan kekerasan, dengan pedang, namun dengan menunjukan
kesantunan pemeluknya. Bukan dengan menyebarkan terror atas nama agama yang
menyebabkan kerusakan. Namun, dengan sikap dan tutur kata yang menyejukan.
Pengalaman membaca postingan di timeline teman saya tersebut
mengingatkan kembali bahwa ini saatnya kita menunjukan sikap bahwa kita adalah
agen muslim yang baik, yang menyebarkan cinta kasih lewat tutur kata dan cara
bersikap. Saya sadar akan memakan waktu yang lama untuk mampu menerobos dinding
ketidakpahaman mereka mengenai Islam, tapi bukankah batu yang keras akan hancur
lewat tetesan air yang konsisten?
Konsistensi kita bersikap sebagai
agen muslim yang baik akan membawa sejuta kebaikan jauh dari apa yang
sebelumnya pernah kita pikirkan.
Terima kasih kepada teman saya
tersebut, lewatnya saya diingatkan kembali
bahwa kita membawa identitas yang lebih berat dari sekedar identitas
nama, asal, atau jenis kelamin. Dan ini saatnya, kita menyebarkan sejuta
kebaikan, menjadi agen muslim yang baik, seperti yang dicontohkan Junjungan
Nabi Muhammad SAW.
Selamat berjuang menjadi agen
muslim yang baik :)