Lida's Stories - part 1
8:19 AMUntuk sahabatku, Farah...
Hari ini langit Sydney
sedikit lebih ceria, tidak seperti seminggu belakangan, muram. Jarang ku lihat
orang berkeliaran di taman kota ini, semuanya memilih berlindung di balik ruang
berpenghangat, tak rela sesenti tubuhnya terjamah dinginnya udara saat itu.
Hari ini, alam sedikit berbaik hati. Meskipun bukan matahari penuh yang biasa
kita temui di kampung, sinarnya mampu mencairkan sedikit beku yang tercipta. Ada
ruang bernafas baru saat beku itu dapat tercairkan.
Dan di sinilah aku berada.
Duduk di sudut paling menyenangkan dari taman kota, tepat di bawah pohon besar
yang masih belum juga kuketahui namanya. Jangan ketawa, aku tahu setahun di
sydney itu bukan waktu yang singkat untuk mencari tahu nama sebuah pohon yang
sering dijadikan tempat berlindung, tapi apa mau di kata kalau memang belum
tahu?
Dari sudut ini aku bisa
dengan leluasa mengamati momen manis yang ada di sana tanpa perlu mencolok
perhatian, bukan bermaksud sembunyi, untuk dapat momen manis yang natural,
diperlukan strategi untuk semaksimal mungkin tidak terlihat :). Momen paling
menyenangkan yang sering tertangkap olehku adalah adegan keluarga kecil
bahagia, sepasang suami istri yang usianya tidak jauh berbeda dengan kita,
memangku anak mereka yang lucu, wajahnya dipenuhi tawa. Ahh, Farah, momen manis
itu selalu membuatku iri.
Hampir setahun, Farah. Dan
ruang kosong ini masih menganga. Entah mengapa, semakin lama, aku semakin
merasa kosong, kesepian Farah. Semua terlihat baik-baik saja awalnya (tepatnya
kucoba untuk membuat semuanya baik-baik saja, mengabaikan ruang kosong itu).
Tanpa sadar, ruang kosong itu semakin muram, semakin sepi, dan aku resmi
kesepian Farah.
Kalau saja dulu aku mengalah,
mungkin ruang kosong ini tidak akan pernah tercipta. Aku tahu semuanya sudah terlambat, kepingan kejadian sudah resmi menjadi masa lalu. Aku tidak menyesali takdir yang membawaku ke tempat ini, berpisah dengan Atan, merelakannya menjadi milik orang lain, dan berakhir kesepian seperti ini. Aku sama sekali tidak menyesali takdir yang sudah terjadi. Hanya saja, kesepian ini sungguh menyiksaku. Dan aku butuh pelampiasan. Pelepasan :).
Satu bulan lagi aku pulang ke Bandung, plisssss jangan buat agenda dengan orang lain (termasuk Bayu, ya ya... plisss). Kita reuni dengan blue bear family, kamu yang jadi EOnya yah... Help me to erase this feeling, all the loneliness... See you in Bandung next month, Farah.
From Sydney with Love
Sahabatmu, Lida.
0 comments