Ini Cerita Tentang Kara
8:05 AM
Potongan dialog Kara dan
Indra...
"Cantik itu dari hati,
Ra.. Semua yang tampak diluar itu akan kelibas dengan apa yang terpancar dari
dalam diri kita masing-masing...", Indra mulai mengeluarkan semua
unek-uneknya yang tertahan lama, semenjak Kara ribet dengan urusan make over, kecantikan
tanpa definisi yang jelas, dan cerita lama tentang sang mantan calon suami yang
tiba-tiba hadir lagi tanpa diundang, persis jalangkung.
"Lo tau?", Indra mulai
serius, dahinya berlapis empat.
"Nggakkk..!",
seperti biasa, Kara menanggapi asal pertanyaan Indra.
"Serius nihh gue,
Ra..!", wajah Indra mengkerut.
"Iyaa, sorry.. Tau
apa?", nyali Kara untuk asal-asalan menanggapi sahabatnya itu menciut. Dahinya
dibuat berlapis empat juga, supaya kelihatan serius.
"Gini ya..Kadang kita itu
suka ribet sendiri. Pengen jadi cantik atau ganteng.. Tapi.. Cantik versi
siapa? Cantik versi gebetan atau mantan yang sebenernya ga bener-bener kita
tahu seperti apa penafsiran gebetan itu tentang kata "cantik" atau
"ganteng". Setengah mati ngobrak-ngabrik baju yang ada di dalam
lemari cuma untuk memenuhi keinginan tampil cantik di depan orang lain.
Ngerombak total diri lo, jadi beda cuma demi dapet komen positif dari orang
lain yang belum tentu tulus. Coba deh, lo pikir ulang. Are you seriously wanna
be like this? Jawabannya ga selalu yes, I'am, Ra.. "
" Jadi maksud lo, gue ni
salah, Ndra? Lo tuh ngga ngerti, lo ga pernah ada diposisi seperti gue ini. Gue,
cewek super tambun yang sebentar lagi
bakal ketemu mantan calon suami dengan pasangannya yang super cantik. Mau
dipasang di mana muka gue ni, Ndra?"
"That's the point.. Ya
pasang aja muka lo di tempat seharusnya, gitu aja kok repott.."
"Indraaaa, gue nih
seriusss..!!"
"Gue juga serius, Ra..lo
pikir dari tadi gue lagi ngelawak, hah?"
"Temen gue pernah bilang
gini, Ra.."Kadang tu kita suka lupa. Lupa kalo kita itu perlu hidup dengan
cara kita sendiri. Kita kebanyakan mikirin persepsi orang lain terhadap kita,
yang pada akhirnya bikin kita lupa, lupa mau kayak gimana hidup ini kita jalanin".
Gue bukannya mau bilang, "ga perlu dengerin pendapat orang", bukan
itu. Gw cuma mau bilang, "please, jangan kerangkeng diri lo dengan
kekhawatiran tentang penilaian orang lain terhadap diri kita sendiri.."
"Yang pada akhirnya,
akan membuat Gue kehilangan Kara yang gw kenal...!!"
"Maksud lo, lo ga seneng
liat gw berubah jadi cantik? Jadi lebih baik?", emosi Kara mulai naik
mendengar semua penjabaran Indra yang seolah menyudutkannya.
"Bukan gitu, Ra. Gue
seneng lo berubah jadi lebih baik. Tp gue ga seneng dengan niat lo setengah
mati berubah jadi lebih baik cuma bwt gengsi lo ke mantan lo yang namanya siapa
itu? Lo tuh cuma ngebohongin diri lo
sendiri.. Nyape-nyapein diri sendiri buat dapetin hal semu "komen
positif" dari sang mantan.."
"Ra, kita tuh kadang
sering terjebak oleh perasaan praduga yang dibuat sendiri. Capek hati dan
pikiran karena sesuatu yang semu, ga jelas rupanya. Lebih parahnya, sesuatu
yang semu itu kita sendiri yang ciptain.."
"Kapan terakhir kali
kita benar2 utuh menjadi diri sendiri? Tanpa praduga. Tanpa mengkhawatirkan
persepsi orang. Tanpa gengsi berlebihan. Tanpa ketakutan terkalahkan. Tanpa
embel2 yang membuat diri ribet setengah mati, dan terpenjara. Ga capek
terus-terusan ngebohongin diri sendiri? Feel free. Bebasin semuanya sebaik
mungkin, seperti yang diinginkan oleh diri pribadi. Tanpa tendensi apapun.
Please, Kara.. Udah cukup lo nyiksa diri lo kayak gini demi seseorang dari masa
lalu, demi menjaga gengsi..."
Mata Kara berair. Sesuatu
yang telah lama ditahan akhirnya tumpah juga.
"Gue tuh cuma pengen
keliatan baik dan cantik di depan mantan, Ndra..", Kara terisak. "Salah
gue, Ndra..?"
"Ra, ga ada yang bilang
lo ga baik sekarang, ga ada yang bilang lo ga cantik, kan? Pikiran lo yang
membuat lo jadi ngerasa ga baik dan ga cantik.."
"Percaya sama gue, just
be your self.. Semuanya akan baik-baik aja.."
"Dan please..",
Indra melanjutkan. "Jangan berubah demi orang lain, Ra.. Sakit dan berat
rasanya.."
0 comments