Bukan Random Talk :: Perjalanan Hati 2.0
10:15 PM
Jum'at, 20 Mei 2016
Keputusan
saya untuk pergi umroh dibuat dengan sangat mendadak.
Sekitar
bulan Maret 2016, saya merasa galau, lelah, dan stres luar biasa dengan
rutinitas yang dilakukan. Ada saat dimana saya bengong dan melamun terus,
sampai akhirnya terbersitlah keinginan untuk merapat sejenak dari hirup pikuk
yang ada.
Entah
kenapa yang saya pikirkan saat itu satu, “Klo gue pergi liburan ke Bali, ke
Lombok, atau ke tempat wisata lain sendirian, gue cuma ngerasa hingar bingar
itu menghilang sesaat dan belum tentu bisa bikin hati ini tenang setelah balik
lagi ke rutinitas harian. Pergi liburan bisa meredakan sejenak rasa galau,
stress dan lelah, namun belum tentu bisa mengobati hati”
Akhirnya
sampailah saya pada kesimpulan, “Bukan tempat seperti itulah yang ingin gue
tuju saat ini”, dan terbersitlan suatu keinginan untuk pergi umroh. Saat itu,
saya ingat betul, di halte Stasiun Depok Lama, saya memutuskan untuk berniat
melakukan umroh, bukan pure untuk
beribadah awalnya, saya hanya ingin pergi ke suatu tempat untuk menenangkan
diri dan mencari obat hati. Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati
hamba-hambaNya, dan semoga Dia mengampuni niat awal saya yang bisa dibilang
sangat “cetek” ini.
Saat
itu juga saya menghubungi sahabat saya, Wina, yang pernah bekerja di salah satu
Bank Syariah di Jakarta. Saya bertanya adakah program umroh yang
diselenggarakan di Bank tempatnya bekerja. Ia pun akhirnya memberikan kontak
teman kantornya agar saya bisa bertanya lebih lengkap mengenai program yang
ada.
Kenapa
saya malah menghubungi teman saya ini dan bukannya mencari informasi travel?
Karena saya belum tahu travel mana yang bisa dipercaya. Logika saya berkata,
kalau penyelenggaraan umroh atau haji dilakukan oleh Bank Syariah yang sudah
mempunyai nama besar, Insya Allah bisa dipercaya. Alhamdulilah, apa yang saya
pikirkan memang terjadi. Selama umroh kemarin, kami semua mendapatkan pelayanan
dengan sangat baik.
Setelah
bertanya lebih detail mengenai program umroh yang diselenggarakan oleh Bank
tersebut, saya memberi kabar kepada Ibu saya. Niat saya dari awal, saya akan
pergi umroh bersama mama. Awalnya mama sempat menolak karena waktu
keberangkatan umroh mepet sekali, yaitu May 2016. Kami hanya punya waktu kurang
dari dua bulan untuk mempersiapkan persyaratan yang ada. Selain itu, waktu
keberangkatan umroh ini berdekatan dengan jadwal bagi raport dan bisa dibilang
hari-hari paling hectic untuk pekerja
sekolah seperti mama saya.
Kami
pun sepakat untuk berangkat di bulan Agustus 2016, agar persiapan lebih panjang
dan kami lebih santai. Namun entah kenapa tiba-tiba saja ibu saya memberi kabar
bahwa dia bersedia umroh di tanggal tersebut. Gantian saya yang ragu, karena
kabarnya baru dikasih tahu mepet, kurang dari 3 minggu sebelum pendaftaran
umroh ini ditutup. Kondisinya, passport saya sudah kadaluarsa sejak tahun 2015
dan ibu saya belum punya passport sama sekali. Dan juga lala-lili lain yang
belum dipersiapkan.
Semua
kembali kepada niat dan keyakinan, bahwa memang kita ingin pergi umroh dan
yakin jika tanggal keberangkatan tersebut adalah tanggal yang sudah
ditetapkanNya untuk kita dipanggil ke Baitullah, maka segala proses yang belum
lengkap ini bisa diselesaikan dengan mudah.
Pelan-pelan,
kami mulai mempersiapkan semua persyaratan umroh dalam waktu yang relatif
singkat. Alhamdulilah, semuanya bisa selesai sebelum 20 April 2016, tanggal
terakhir pendaftaran umroh.
Saya
sangat yakin, bahwa pergi ke Tanah Suci merupakan sebuah panggilan dari Allah
SWT sebagai pemilik dari tanah suci tersebut. Dan saya yakin, jika panggilan
itu belum ada maka sekuat apapun kita berusaha, belum akan membawa kita sampai
ke sana. Keyakinan itulah yang saya dan ibu saya bawa sepanjang mengurus
keberangkatan umroh ini. Dalam hati kami berdoa agar kami benar-benar bisa
sampai ke tanah suci, dalam hati kami berdoa agar Allah benar-benar memanggil
kami, dan dalam hati kami kembalikan semua kepadaNya, karena ialah pemilik dari
panggilan tersebut.
Dan
keyakinan inilah yang membawa kami sampai ke tempat paling mulia di muka bumi,
meruntuhkan ego-ego dalam diri, dan menyadarkan bahwa kita ngga punya apa-apa,
dan kita ngga akan kehilangan apa-apan.
Alhamdulilah.
To be continued.
Tulisan sebelumnya : Bukan Random Talk :: Perjalanan Hati 1.0
0 comments