Bukan Random Talk :: Perjalanan Hati 1.0
12:11 AM
Jum'at, 20 Mei 2016
Pesawat kami mendarat dengan
sempurna di Bandara King Abdul Aziz. Waktu setempat menunjukan pukul 5.30 sore
namun suasananya seperti pukul 3 sore-an. Cahaya matahari masih bersinar cukup
terang di waktu yang biasanya sudah mulai meredup. Maklum saja, Arab Saudi
sedang memasuki musim panas pada saat itu.
Wajah-wajah asing yang akan
menjadi teman perjalanan selama di Madinah & Mekkah mulai beranjak dari
kursi masing-masing, berjalan tertib menuju garbarata. Saya menoleh ke arah
mama yang semangat bangkit dari kursinya dan mulai bergabung dalam barisan.
Antusias terpancar dari wajahnya yang masih pucat sisa sakit kemarin. Rasa
syukur tidak berhenti diucapkan karena Allah SWT mengizinkan kami berdua untuk
bisa sampai ke tempat yang telah lama dirindukan. Saya sempat pasrah tidak bisa
berangkat karena kondisi mama yang drop
& sempat dirawat di rumah sakit lima hari sebelum keberangkatan. Namun rencana-Nya
ternyata lebih indah, disaat kita sudah pasrah, Dia memberi jalan keluar yang tidak
terduga. Alhamdulilah :)
Bus gandeng membawa kami menuju gate kedatangan. Bersama jamaah lain
kami melewati pemeriksaan imigrasi yang cukup ketat. Ada dua hal unik yang saya
perhatikan dari Bandara King Abdul Aziz. Pertama, Bandara ini ramai namun tidak
terasa hingar bingar yang biasanya ditemui di Bandara Internasional lainnya. Hiruk
pikuk di bandara ini terasa lebih slow dan
lebih sederhana. Kedua, pilar-pilar terasa lebih tinggi dengan bentuk menyerupai
payung. Saya ngga ngerti tentang arsitektur, namun mungkin bangunan dibuat
seperti ini agar tidak terasa panas dan pengap, menyesuaikan dengan kondisi
cuaca di sana.
Sekitar satu jam setelah proses di imigrasi selesai, kami semua menunggu dijemput bus untuk selanjutnya berangkat ke Jeddah. Muthowif atau guru pembimbing kami juga akan berangkat bersama menuju Jeddah. Sayang, karena peraturan bandara yang ketat, mereka baru bisa dijemput di luar Bandara.
Setelah menempuh perjalanan
kurang lebih enam jam dari Jeddah ke Madinah, muthowif atau guru pembimbing
kelompok kami membangunkan jamaah yang tertidur di bis. Beliau menyampaikan
bahwa kami telah memasuki tanah haram Madinah dan beliau mulai membimbing kami
untuk membaca doa memasuki Kota Madinah. Rasa kantuk dan lelah yang menyerang
kami sepanjang perjalanan menghilang begitu saja tergantikan oleh perasaan haru
karena bisa sampai ke tanah yang pernah ditinggali oleh Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat.
"Ya Allah negeri ini adalah tanah haram
Rasul-Mu Muhammad SAW, maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka, aman dari
siksa dan buruknya hisab (perhitungan di hari kemudian)"
Muthowif kami membimbing doa dan
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Air mata pun mengalir saat kami menyampaikan
salawat serta salam kepada manusia paling mulia yang dicintai oleh Allah SWT.
Kalau ada yang bertanya kenapa bisa sampai menangis, maka saya hanya bisa
menjawab tidak tahu. Perasaan itu menyeruak begitu saja ke permukaan dan pecah
bersamaan dengan lantunan doa & salawat.
Dalam hati kami semua tidak putus
mengucap syukur karena tanpa izinNya, kami tidak akan pernah bisa sampai sejauh
ini. Alhamdulilah.
Tulisan selanjutnya : Bukan Random Talk :: Perjalanan Hati 2.0
0 comments