The Block
7:16 AM
Mikir – Ketik – Hapus.
Mikir – Ketik – Hapus.
Begitu terus dari tadi siang.
Banyak hal yang ingin ditulis tapi ruh tulisannya masih terlalu jauh untuk
direngkuh. Alhasil, jalinan kata berasa kurang rasa dan makna. Untuk membuat
dua baris kalimat ini aja diperlukan waktu lebih dari 30 menit dengan ina inu yang
banyak seperti bolak-balik ruang tengah – kamar – ruang tv, buka-buka blog
orang, dan bongkar-bongkar foto lama. This
is kind of writer’s block yang obatnya cuma satu, terus menulis (read : dipaksa menulis).
Source : google |
Dari beberapa referensi
dijelaskan writer’s block merupakan
suatu kondisi dimana penulis kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan tulisan
baru atau kondisi dimana kreativitas menulis menurun. Sederhananya pikiran menjadi buntu, otak
terasa kaku, seolah ada yang menghalangi keluarnya gagasan. Tak satu pun kata,
apalagi kalimat atau pun paragraf yang mampu dihasilkan oleh sang penulis. (source www.kompasiana.com).
Ada banyak hal yang menyebabkan writer’s block diantaranya penulis
kehilangan inspirasi atau terganggu dengan lingkungan yang tidak kondusif untuk
menulis. Beberapa penulis melakukan hal-hal santai untuk mengembalikan mood seperti jalan-jalan, olahraga,
makan, atau blogwalking. Buat mereka
penulis profesional yang sudah tentu punya budget khusus untuk menulis, akan
melakukan semedi ke tempat yang suasananya beda, menyenangkan, untuk kemudian menyerap
energinya sehingga jari-jari tangan ini menjadi kembali aktif menulis.
So, Din, apa yang lo lakuin untuk memutus rantai writer’s block yang istilahnya keren tapi
sebenarnya artinya ga keren sama sekali ini? Yes, yang gue lakuin adalah :
- Bongkar folder foto,
- Makan bubur ayam kantor imigrasi yang endes itu, dilanjut makan ketoprak, makan mie rebus dan diakhiri makan batagor (Read : Untuk menulis otak membutuhkan nutrisi jadi makan yang konsisten banyaknya itu penting untuk menjaga kondisi otak tetap prima demi menunjang lahirnya karya tulis yang fenomenal, hehe alasan!),
- Bantu nyokap nyari dokumen penting yang tiba-tiba aja menghilang padahal nyelip di map lain aja *bikin geger
- Blogwalking ke www.alodita.com,
- Dan yang terpenting terus nyoba nulis.
Dan taraa, akhirnya tulisan pembuka
dengan total 296 huruf ini berhasil tercipta juga, hehe. Alhamdulilah yaa.
So, Din, kalau tulisan di atas
adalah tulisan pembuka, lantas apa dong tulisan intinya?
Jadi begini para pembaca budiman.
Pernah ngga sih ngerasa lelah dengan rutinitas berulang dalam jangka waktu yang
cukup panjang? Sederhananya, pernah ngga sih ngerasa lelah, jenuh dengan
pekerjaan kita sehari-hari? Kalau saya sih Yes, pernah, bahkan sering malah
haha.
Source : Google |
Tadi pagi salah seorang sahabat
saya bilang kalau dia merasa malas kerja dan ingin kembali ke lapangan. Teman
saya ini bekerja di salah satu instansi pemerintah dan punya peran yang cukup
strategis di kantor. Sebuah pencapaian yang sangat baik tentunya, buah dari
integritasnya menjalankan berbagai posisi beberapa tahun belakangan ini dengan
sangat baik. Saya rasa sepuluh tahun dari sekarang, sahabat saya ini akan
sering muncul di layar kaca, menjadi praktisi di bidang yang sejujurnya saya
ngga pernah ngerti (dan ngga pernah mau mencoba mengerti) hehe. Looking forward to see you in TV apes! Semoga
umur kita sampai ke sepuluh tahun lagi dari hari ini, dan kita bisa saksikan ia
di tivi dalam keadaan sehat walafiat serta bahagia, Amin :)
Lantas dengan
spontan saya mengamini perkatannya. Bahwa, yes,
saya juga sedang dalam kondisi jenuh luar biasa dan cukup (banyak) stress
dengan pekerjaan yang saat ini dilakukan. Apalagi beberapa bulan terakhir,
tensi pekerjaan dirasa sangat tinggi, kalau ngga pintar-pintar mengatur emosi
mungkin sudah “pecah” tak beraturan yang namanya emosi itu tadi. Seringkali,
kalau lagi dalam kondisi sangat down
, terbersit keinginan untuk resign,
mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan minat dan bakat (apa tuh?). Namun serpihan
keinginan ini akan berakhir menjadi wacana yang tak kunjung terealisasikan,
haha. Bener kata temen saya lainnya, saya terlalu banyak mikir dan geraknya
lama!
Percakapan saya dan sahabat ini
menjadi bahasan yang cukup singkat namun berarti di pagi hari.
Kalau dipikir lagi, segala amanah
yang dibebankan di pundak kita hari ini, adalah jawaban atas doa-doa kita
bertahun-tahun yang lalu. Kita mungkin dulu pernah berdoa diberikan kehidupan
yang lebih baik dan doa tersebut dikabulkan sekarang ini. Bahwa untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari hidup kita yang dulu harus melewati
hari-hari penuh perjuangan di kantor, dengan beragam cerita yang menguras sabar
atau bahkan menggelitik emosi dan membuatnya “pecah”. Sebagai gantinya, sisi
lain hidup menjadi lebih baik dibanding tahun-tahun yang lalu.
Kalau kita mau berdiam sejenak, melihat
ke sekeliling, banyak yang kondisinya tidak seberuntung kita saya,
memiliki pekerjaan yang baik, di dalam ruangan dingin tanpa perlu khawatir
menjadi bau matahari karena terpanggang langsung di lapang, di lingkungan yang
baik juga. Tanggung jawab yang dirasa berat mungkin karena kita saya belum
siap. Dan rasa jenuh dan lelah hadir di saat kita saya tidak menikmati
apa yang ada, dan hanya mem-push diri
sendiri memenuhi ekspektasi dari orang sekitar. Tired of being nice to please others!
Sahabat saya kemudian bilang, “Kalo
lelah berhenti sejenak”.
Source : Google |
Betul saja, setelah beberapa deadline di kantor selesai, saya
memutuskan untuk cuti panjang (4 hari aja sih) mulai Selasa kemarin. Tanpa
pergi kemana-mana. Tanpa melakukan apa-apa. Hanya menikmati suasana rumah di
pagi, siang, dan sore hari yang selama ini terlewatkan karena waktu yang lebih
sering dihabiskan di kantor. Lantas apa yang didapat?
Sahabat saya membawa saya pada
satu kesadaran bahwa apa yang kita kerjakan saat ini mungkin bukanlah hal yang
benar-benar ingin kita kerjakan. Namun, ini adalah bagian dari rencanaNya
membawa kita pada satu tujuan yang sering kita ucapkan di setiap doa-doa kita
selama ini. Kita hanya perlu bersabar sebentar. Dan setiap keputusan yang kita
ambil, tidak hanya memiliki efek kepada diri sendiri, namun juga orang-orang
tercinta yang ada di sekitar kita.
Suami. Istri. Anak. Ibu. Ayah.
Kakak. Adik. Keluarga.
Cari motivasi yang membuat kita
terus berjalan ketika ingin berhenti. Dan motivasi terdekat dan paling nyata
adalah mereka semuanya yang saya sebutkan di atas.
“Inget mereka yang ada di rumah
kalau lagi ngga semangat”, kata sahabat saya lagi. Dia bilang, “Gue juga kalau
mau ngeluh inget Istri dan calon anak”, dan langsung saya jawab, “Kalau gue
inget nyokap dan adek-adek!” #kode belum punya suami, ahaha
“Kadang yang perlu kita lakukan hanya berjalan.
Menjalani.
Merasakan.
Hayati, hadapi, nikmati, dan syukuri” – Apes Nash
“Rasa bosan atau jenuh di kerjaan tuh sesuatu banget ya! Cuma rasa
tanggung jawab dan rasa sayang ke keluarga yang bikin kita terus semangat. Dan
mau jalan lagi saat berhenti karena lelah, karena pegel, karena encok. Teruslah
berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai Apes” – Apes Rio
Well said, thank you for sharing
Apes.
You are all the best and thank
you for hearing my random talk everytime.
I wish you all the best and
happiness always be with you :)
Apes Family |
Menutup tulisan acak ini, saya ingin mengutip lagunya Letto, Sampai
Nanti, Sampai Mati
Dan kalaupun kita memutuskan untuk berhenti, itu bukan karena ingin melarikan diri, melainkan kita menyadari bahwa perjalanan harus berbelok untuk bisa mendekat kepada akhir yang selama ini kita tuju. Happy Friday Folks :)
0 comments