Sorry Seems to be The Hardest Word :: Random Talk
12:47 AM
Sengaja saya pilih lagu
yang ditulis oleh Elton John & Bernie Taupin dan dinyanyikan kembali oleh
Blue di tahun 2000-an ini sebagai judul
dari random talk episode terbaru, Minggu
24 April 2016. Ngena banget soalnya! "Sorry seems to be the hardest
word", dibeberapa kasus memang benar adanya.
Kamis malam, saat menunggu adik saya jemput di Stasiun Depok Lama, ada kejadian yang selalu bikin kaki saya lemes. Apa tuh, Din? Keramaian orang di tengah jalan, saling berteriak, terkesan rusuh. Entah kenapa, meski tidak berada dalam keramaian tersebut, hanya kebetulan melihat dari jarak dekat, tetap bikin kaki saya lemas dan jadi panik sendiri. Mulut ngga berhenti bergumam panik, "Duh, Adnan (adik saya) dimana sih!". Apalagi setelah tahu bahwa sumber kerusuhan tersebut adalah tabrak lari yang dilakukan pengendara mobil terhadap pengendara motor, tingkat panik dan khawatir makin menjadi (adik saya bawa motor juga soalnya). Saya berdoa semoga bukan adik saya yang jadi korban tabrak lari itu. Alhamdulilah memang bukan.
Adegan di lokasi semakin menjadi. Ada tambahan dorong-dorongan badan dan tarik urat syaraf yang menurut saya ngga perlu dilakuin. Beberapa orang terlihat berusaha memisahkan mereka yang terlibat adu dorong, namun jumlahnya kalah dengan mereka yang keburu hanyut dalam emosi.
Kamis malam, saat menunggu adik saya jemput di Stasiun Depok Lama, ada kejadian yang selalu bikin kaki saya lemes. Apa tuh, Din? Keramaian orang di tengah jalan, saling berteriak, terkesan rusuh. Entah kenapa, meski tidak berada dalam keramaian tersebut, hanya kebetulan melihat dari jarak dekat, tetap bikin kaki saya lemas dan jadi panik sendiri. Mulut ngga berhenti bergumam panik, "Duh, Adnan (adik saya) dimana sih!". Apalagi setelah tahu bahwa sumber kerusuhan tersebut adalah tabrak lari yang dilakukan pengendara mobil terhadap pengendara motor, tingkat panik dan khawatir makin menjadi (adik saya bawa motor juga soalnya). Saya berdoa semoga bukan adik saya yang jadi korban tabrak lari itu. Alhamdulilah memang bukan.
Adegan di lokasi semakin menjadi. Ada tambahan dorong-dorongan badan dan tarik urat syaraf yang menurut saya ngga perlu dilakuin. Beberapa orang terlihat berusaha memisahkan mereka yang terlibat adu dorong, namun jumlahnya kalah dengan mereka yang keburu hanyut dalam emosi.
"Kenapa sih itu
sopir mobilnya pake kabur segala pas abis nabrak. Apa susahnya turun dan minta
maaf coba!", celetuk adik saya sesaat setelah dia datang di Stasiun Depok
Lama. Saya 100% setuju dengan pernyataan tersebut. Kalau aja sesaat setelah
kejadian tabrak/senggol motor itu, pak supir turun dan minta maaf baik-baik, ga
akan ada drama kayak gini. Ga akan ada kemacetan gegara mereka rusuh di tengah
jalan. Ga akan ada yang pulang telat karena harus ngerelai pihak-pihak yang
tensi emosinya meninggi. Ga akan ada juga wanita-wanita kece yang kakinya
berasa lemes dan jiwanya panik menyaksikan drama yang ada! Eh! *maksudnya gue gitu, hahaha!
Yah intinya, apa susahnya sih minta maaf gitu loh! Kebanyakan dari pelaku tabrak lari melakukan aksi tidak terpujinya itu (melarikan diri) karena takut hal-hal buruk terjadi pada dirinya (padahal dengan dia kabur akan memperburuk keadaan dan membuat hati tidak tenang), ego yang terlalu tinggi, dan mungkin memang karakternya begitu aja dari lahir, ga mau tanggung jawab. Padahal, kalau aja dia mau berpikir lebih panjang, kata "maaf" bisa mengubah keadaan menjadi jauh lebih baik dan hati yang lebih tenang.
Yah intinya, apa susahnya sih minta maaf gitu loh! Kebanyakan dari pelaku tabrak lari melakukan aksi tidak terpujinya itu (melarikan diri) karena takut hal-hal buruk terjadi pada dirinya (padahal dengan dia kabur akan memperburuk keadaan dan membuat hati tidak tenang), ego yang terlalu tinggi, dan mungkin memang karakternya begitu aja dari lahir, ga mau tanggung jawab. Padahal, kalau aja dia mau berpikir lebih panjang, kata "maaf" bisa mengubah keadaan menjadi jauh lebih baik dan hati yang lebih tenang.
Meminta maaf dan
memaafkan memang bukan hal yang mudah dilakukan. Pada saat seseorang mengatakan
maaf atas kesalahannya, dia sudah menurunkan ego-nya ke level paling rendah
yang bisa ditolerir. Begitu pun pada saat seseorang memaafkan kesalahan orang
lain, menurunkan ego ke level terendah plus harus menghalau rasa sakit hati
keluar jauh dari bilik hati.
Ngerasa ga sih
kesulitan terbesar dalam urusan maaf-memaafkan itu ketika kita dihadapkan pada
mereka yang berada dalam Ring ke-1 dalam
hidup kita? Kalau saya sih iya, ngerasa banget! Berasa banget kalau
susah sekali mengucapkan kata maaf ke Ibu, Ayah, atau Adik ketika berbuat salah
kepada mereka. Rasa gengsi bercampur ego yang tidak mau kalah menjadi trigger sulitnya kata maaf keluar dari
mulut ini. Seringkali menunggu waktu tepat (seperti lebaran) untuk mengucapkan
maaf secara rapelan, menggabung semua kesalahan masa lalu dengan kata maaf
sederhana. Padahal, mungkin jauh sebelum itu rasa kecewanya sudah ada dan
menumpuk.
Pada akhirnya apa?
Terkadang rasa sesal muncul belakangan, saat kita sudah terlanjur kehilangan
mereka tanpa ada kesempatan mengucapkan maaf atas apa yang telah kita perbuat
dan menyakiti hati mereka. Dan inilah titik dimana kita ngga bisa membalikan
waktu lagi.
So, sebelum semuanya
terlambat, mari belajar menurunkan ego dan rasa gengsi untuk meminta maaf. :) Talk to my self
Source : pixabay.com |
Selamat Hari Minggu
0 comments