Random Talk : Tentang Minggu Ini
6:28 AM
What a hectic week! Emang ada apa, Din? Minggu
ini, mama saya sakit dan harus di rawat karena sakitnya tersebut. Ini kali
ketiga mama di rawat di rumah sakit dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Pertama kali mama masuk rumah sakit di bulan Mei 2016, beberapa hari sebelum
kami berdua melaksanakan ibadah umroh. Kami berangkat umroh di hari Jum'at, dan
di hari minggu sebelumnya mama dirawat karena
serangan vertigo. Mau tahu perasaan saya saat itu? Ngga karuan tentunya! Saya
yang sedang lari pagi ditelpon oleh adik saya dan disuruh cepat pulang karena
kondisi mama yang drop.
Saat itu saya
merasa benar-benar pasrah dengan Takdir Allah SWT. Pertama ada potensi kami
kehilangan mama, kedua ada potensi kami gagal berangkat umroh. Untuk hal kedua,
saya ngga ambil pusing karena pada
prinsipnya pergi umroh itu sesuai panggilanNya. Jikalau saya dan ibu gagal
berangkat umroh, artinya kami memang belum dipanggil. Nothing to lose, rezeki bisa dicari lagi. Untuk hal pertama, ini
yang membuat saya dan kedua adik saya ketakutan setengah mati, hal ini juga
yang membuat saya lari sekenceng-kencengnya keluar dari GOR demi mengejar ojek
supaya cepat sampai ke rumah sesaat setelah adik saya mengabari lewat telepon
bahwa ibu saya nge-drop. Saya belum
siap kehilangan Ibu dan oleh karenanya akan melakukan apa pun supaya beliau
bisa kembali pulih seperti sedia kala. Alhamdulilah, kami semua bisa melalui
kejadian tersebut dan Ibu saya bisa kembali pulih. Ada banyak pelajaran yang
saya dapatkan dari kejadian tersebut, salah satunya tentang sabar, ikhlas, dan
pasrah.
Kejadian
kedua Ibu saya masuk rumah sakit di bulan Desember 2016. Pada waktu itu diagnosa
dokter menunjukan gula darah ibu (memang ibu saya ada riwayat diabetes) sangat
tinggi, ditambah adanya polip empedu yang membuat perutnya terasa terbakar.
Gula darah yang tinggi tersebutlah yang membuat ibu saya nge-drop cukup parah sampai katanya (ibu saya cerita setelah
sembuh), badan seolah tak bertulang saking lemasnya. Masih saya ingat dengan
jelas bagaimana adik-adik saya mengirim pesan kepada saya untuk segera pulang,
sebuah pesan yang membuat saya trauma. Saya trauma menerima pesan untuk segera
pulang karena pada saat itulah Ayah saya meninggal dunia. Menerima pesan segera
pulang malam itu membuat pikiran saya melayang kemana-mana termasuk ke hal yang
paling ditakutkan untuk terjadi. Waktu itu saya sampaikan kepada adik saya
untuk segera membawa Ibu ke rumah sakit, namun katanya ibu saya mau ke rumah
sakit setelah saya sampai rumah. Duh! Rasanya Jakarta-Depok yang biasanya
terasa cepat ditempuh dengan kereta menjadi terasa sangat lamaa.
Sesampainya
saya di rumah, sudah banyak tetangga yang datang, yang lagi-lagi membuat saya
ketakutan setengah mati namun disembunyikan demi menjaga mental adik-adik saya.
Kita harus saling menguatkan dalam kondisi seperti ini. Ketika saya sampai
kamar, ibu saya sedang pingsan. Spontan saya menghambur begitu saja,
memeluknya, dan memanggilnya untuk kembali sadar. Pada momen tersebut, saya
meminta maaf kepadanya karena menunggu saya terlalu lama. Dalam hati saya
berdoa, Ya Allah jangan ambil Ibu saya hari ini karena saya dan adik-adik saya
tidak siap kehilangan satu-satunya orang tua yang kami miliki. Alhamdulilah,
Allah masih memberikan kesempatan kepada kami untuk kembali berkumpul bersama
mama sampai dengan hari ini.
Untuk
kejadian ketiga ini, mama didiagnosa paratipes yang mengharuskan beliau dirawat
demi kesembuhannya. Lagi-lagi adrenalin kami bertiga (saya dan kedua adik saya)
dibuat naik turun dengan kondisi ibu saya yang kembali drop. Alhamdulilahnya, hari ini kondisi mama sudah lebih baik meski
masih belum bisa dibilang 100% sembuh.
Ada satu
momen di mana ketika saya sedang sama mama di rumah sakit, membetulkan ikatan
rambutnya, beliau meminta maaf kepada saya karena beliau sudah merepotkan saya
sebagai anak dengan sakitnya tersebut. Pada momen tersebut, saya ngga bisa untuk ngga nangis. Demi Allah, saya ridho, ikhlas lillahita'ala dengan
apa yang kami bertiga lakukan untuk mama, dan apa yang dilakukan kami saat
merawat mama sakit hanya sebagian kecil dari apa yang sudah dilakukan mama dan
ayah saya dulu saat merawat kami semua. Saya sedih dengan apa yang disampaikan
oleh Ibu saya, hal yang mungkin ia pendam sendirian selama ini.
Kejadian sakitnya ibu saya ini membuat saya sadar bahwa ngga ada yang lebih penting dari keluarga untuk saat ini, terutama memuliakan Ibu selama beliau masih ada. Saya teringat betapa banyak hal yang saya lakukan dan menyakiti hati beliau, ngga terlalu care padanya, dan hanya fokus kepada diri sendiri. Saya kadang suka berpikir bahwa mungkin ini caraNya supaya saya berhenti fokus kepada diri sendiri dan mulai peka dan lebih perhatian dengan keluarga saya sendiri, terutama Ibu, membuat Ibu saya tenang dan senang perasaannya, bukan membuatnya khawatir.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi Ibu saya, dan Ibu para pembaca semuanya.
Agar selalu diberikan kesehatan dan umur panjang untuk senantiasa beribadah.
Amin.
0 comments