Random Talk #32
6:52 AM
Jum’at, 26 September 2014
Ini hari ke-19 setelah Almarhum Ayah berpulang ke
Rahmatullah. Alhamdulilah, sampai dengan hari ini, masing-masing dari kami,
Mama, Adnan (adik laki-laki saya yang pertama), si bungsu Fajar, dan saya
sendiri mulai kembali meneruskan hidup dengan memori tentang ayah yang selalu akan
ada di dalam hati.
Pagi ini, saya dan mama ngobrol acak sewaktu kami pergi mengurus
pensiun ayah. Dia bilang, “Mama harus
kuat dan sehat untuk kalian…”, dan entah kenapa saya merasa ada aliran super
hangat dalam hati saya. “Mama harus melanjutkan hidup untuk anak-anak
mama, tugas mama sebagai orang tua belum selesai…!”
Saya cuma bisa diam dan menghela nafas kemudian bilang, “Teteh
juga harus melanjutkan hidup demi Mama, demi Adnan dan Fajar, demi kita. Dan teteh
yakin, Adnan dan Fajar ngelakuin hal yang sama…”
Dan kami sama-sama diam.
“Kita bisa milih untuk down terus-terusan dengan kepergian
ayah, tapi untuk apa?” – pertanyaan yang terus berputar di dalam otak saya dan
berakhir dengan jawaban, “Bukankah memang bukan kita yang punya hidup ini? Dan bukankah
yang meninggal sudah berada di tempat yang paling baik di sisiNya sedangkan
yang hidup masih harus melanjutkan perjalanan untuk kemudian pulang ke sisiNya?”
Well hei… saya rindu ayah sejujurnya
Sebelum saya berangkat ke Filipina, dia bersikeras ingin
mengantarkan saya ke bandara namun kami larang. Pertama, jadwal penerbangan
saya dini hari dan sangat tidak baik untuk dia pergi keluar malam-malam meski
naik mobil. Kedua, hmmm ngga ada alasan kedua. Alasannya itu aja.
Sebelum saya berangkat ke Filipina, saya orang yang paling
jarang menjelaskan rute perjalanan, menjelaskan dengan seksama kepada ayah
mengenai nomer penerbangan, di mana saya akan transit, jam berapa saya akan
sampai di lokasi, dan kapan saya akan pulang ke Jakarta. “Lama amat ya, Teh!”,
dia cuma bilang begitu saat mengetahui saya akan pergi selama dua belas hari. Dan
saya? Saya yang memang pada dasarnya cuek, tidak bisa menangkap sinyal rindu
yang sudah ada di matanya bahkan sebelum saya berangkat.
Saat saya ada di Filipina, ayah saya mengirimkan BBM yang
hanya saya jawab singkat-singkat saja. Dan di hari Minggu, sehari sebelum ayah
saya meninggal, dia bilang dia tidak minta oleh-oleh apa-apa dan memang saya
sadari dia memang tidak butuh oleh-oleh apa-apa lagi setelah saya sampai di
rumah, karena dia sudah tidak ada lagi.
Dan memang benar, sesuatu akan terasa lebih bermakna
nilainya, saat semuanya sudah tiada
0 comments