B.A.T.A.S
6:25 AM
Saat sesuatu masih
bersama kita, nilainya tidak begitu terpikirkan. Namun sesuatu itu menjadi
sangat berharga jika sudah tidak bersama kita. Ya, perasaan kehilangan hanya
akan ada jika kita pernah merasa memilikinya…Andi Batara
Minggu pagi ini berbeda. Tanya kenapa?
Biasanya di hari Minggu saya membebaskan diri dari yang
namanya bangun pagi. Selepas Solat Subuh, selimut dan guling bersatu padu
membungkus tubuh saya. Waktunya hibernasi sampai sepuas hati dan sampai kepala
terasa pening karena kelamaan tidur, hehe. Tapi, pagi ini berbeda.
Sekitar jam 5 pagi Ibu saya sudah rusuh memanggil-manggil saya
untuk segera solat Subuh kemudian berganti pakaian. Mau kemana kami sepagi ini?
Sehari sebelumnya, kami (saya dan ibu) sudah berniat
menemani ayah saya jalan pagi. Ini momen yang sangat langka. Kapan terakhir
kali pergi bersama ayah dan ibu untuk sekedar Jalan Pagi di hari Minggu (it’s been a long long time ago).
Biasanya saya malas diajak jalan pagi di hari Minggu, tidak rela sedikit pun
jatah tidur dikurangi untuk bercapek-capek ria jalan kaki. Tapi kali ini saya
niatkan untuk pergi. Entah
kenapa ada bisikan dalam hati yang berkata, “Selagi
masih bisa jalan bersama, Din..!!”
Maka berangkatlah kami (Saya, Ibu, dan Ayah) jalan bersama di
pagi yang mendung dengan jalanan yang
masih basah sisa hujan semalam.
Sepanjang perjalanan ayah saya lebih banyak diam. Berbeda
dengan saya dan ibu yang merepet cerita ini itu. Meski begitu saya yakin ayah
menyimak setiap cerita yang keluar dari mulut dua orang perempuan yang saat ini
berjalan di sampingnya, dan saya yakin cerita-cerita ga penting ini bisa
menghibur suasana hatinya yang sedang tidak 100% itu.
Kami bertiga pergi ke tempat-tempat yang biasanya dikunjungi
ayah tiap kali dia jalan pagi sendirian. Melewati lahan penuh bunga, kuburan,
jalanan becek, warung nasi uduk yang super rame, rumah potong ayam, dan
beberapa tempat lainnya. Sesekali ayah bercerita ini itu dan kami,
perempuan-perempuan ini tidak jarang menggodanya.
Well, kenapa tiba-tiba saya mau diajak jalan pagi bersama?
Begini ceritanya.
Semenjak lebaran dan Nenek (Ibunya ayah) meninggal dunia,
kesehatan ayah saya menurun drastis. Kami semua kebingungan melihat
kesehatannya yang secara signifikan menurun. Setelah menjalani pemeriksaan
diketahui ayah saya mengalami pembengkakan jantung. Sesuatu yang sangat mengejutkan
kami semua. Di rumah, ayah itu orang yang paling jarang sakit, berbeda dengan
ibu yang memang sering sakit, karenanya kami semua lebih mengerti apa yang
harus dilakukan saat ibu sakit dibandingkan ketika ayah sakit seperti saat ini.
Kami semua resmi bingung.
Saat berita itu datang, kami semua tiba-tiba merasa takut kehilangan. Penyakit yang secara bar-bar menyerang tanpa pemberitaan ini seolah
menjadi peringatan bagi kami semua. Bukan cuma peringatan untuk lebih
memperhatikan ayah tetapi juga memperhatikan anggota keluarga yang lain. Masa
harus menunggu penyakit lain datang menyerang Ibu ataupun adik baru kami mulai
memperhatikan satu sama lain?
Ya, semenjak saat itu saya merasa tidak ingin berlama-lama ada
di luar rumah. Sebisa mungkin weekend
santai-santai di rumah, menikmati waktu bersama Ibu, Ayah, dan adik (meskipun
waktu bersama ini tidak melulu berisi tertawa – sesekali diselingi pertengkaran
kakak-adik yang wajar). Menikmati momen pagi bersama, ditemani nasi uduk,
gorengan, dan teh hangat, mendengarkan cerita Ibu tentang kelakukan
murid-muridnya, menggoda ayah sampai kadang dia marah, atau sekedar duduk-duduk
tanpa suara di ruang masing-masing. Hanya ingin menikmati waktu bersama yang
entah batasnya ada di mana.
Kita tidak pernah tahu waktu siapa yang akan habis lebih
dulu, yang ingin dilakukan saat ini adalah merekam jejak peristiwa di sini
(tunjuk kepala), menyulamnya menjadi serangkaian memori indah, dan saat batas
waktu itu tiba, tidak ada lagi kata menyesal karena kehilangan jejaknya.
Selamat hari Minggu
Jangan menunggu untuk menikmati waktu bersama orang-orang
tersayang :)
0 comments