"Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara
untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang
yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga
kreativitas ditimbang-timbang." - Seno Gumira Ajidarma, Ketika
Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara - goodreads.com
Kalau ditanya hal apa (salah satu) yang membuat saya merasa
kagum dan respect dengan seseorang, maka saya akan jawab, " Keberanian
seseorang untuk memulai dan menciptakan sesuatu (yang bermanfaat tentunya) dari
apa yang disenanginya". Kalau dia senang bernyanyi maka dia akan
bernyanyi, kalau dia senang bermain gitar maka dia akan membuat nada dan lagu
dengan gitarnya, kalau dia senang jalan-jalan maka dia akan terus bepergian
merekam momen, dan beragam kesenangan lain yang sepaket dengan sesuatunya (yang
biasanya berupa karya). Dan kalau dia senang menulis maka dia akan menulis
(serandom apapun tulisan itu).
Dari sekian banyak orang yang saya kenal, tidak sedikit yang
suka menulis tapi hanya segelintir saja yang berani membuatnya menjadi satu
kesatuan utuh kemudian dijadikan sebuah buku. Kakak kelas saya yang kebetulan
satu kantor dengan saya pernah membuat dua buku yang isinya kumpulan blog dan
novel perdananya yang sampai hari ini belum lagi ada kelanjutannya. Dan
beberapa waktu terakhir, salah seorang teman saya melakukan hal yang sama,
merangkum cerita lewat kata dan menjadikannya utuh dalam satu buku yang saat
ini sedang saya baca. Ada kebanggaan tersendiri bisa melihat kumpulan
tulisan yang biasanya berserakan dimana-mana bersatu dalam sebuah buku.
Rasanya, nyess gitu. Dan muncul pertanyaan di kepala? Who's next
and when?
Kakak kelas saya dikantor pernah cerita kalau salah satu
cita-citanya adalah menerbitkan paling ngga satu buah buku dalam hidupnya.
Ketika saya tanya kenapa, dia bilang bahwa kita bisa tiada (karna usia) tapi
eksistensi itu akan selalu ada, seperti mereka yang ngga pernah kita kenal
pribadinya tapi selalu terkenang dengan karyanya (well sebenernya ga cuma bikin
buku sih, ini salah satunya aja, hehe).
But the point is, ketika kita ngga ada nanti, kita mau dikenang sebagai apa dan
dalam bentuk apa. Sebenarnya ga selalu harus berupa buku, lagu, syair, puisi,
prosa (you named it), tapi mungkin sebuah karya atau sesuatu apapun
yang bermanfaat untuk orang yang menemukannya, yang menggerakan hati, yang
memunculkan senyum, yang melapangkan pikiran, yang terpenting menyentuh hati
untuk kemudian melanjutkan kebaikan-kebaikan yang sama (melakukan/membuat
sesuatu yang bermanfaat) dan membuat rantai ini terus melebar menjadi
jaring-jaring yang saling menguatkan.
Karena pada akhirnya waktu kita akan habis, namun makna yang
kita berikan selama waktu hidup itu tak kan hilang oleh waktu.
Selamat Hari Jum'at :)